tag:blogger.com,1999:blog-13887523982799918022024-03-13T19:57:02.618-07:00KLINIK VETERINER ANAK PERANTAUAswar Efendi LubisAswar Efendi Lubishttp://www.blogger.com/profile/00207915249091372704noreply@blogger.comBlogger18125tag:blogger.com,1999:blog-1388752398279991802.post-11505773838319870502011-02-05T07:21:00.001-08:002011-02-05T07:43:16.975-08:00Penyebab kematian Embrio<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Arial, Georgia, serif; font-size: 14px; line-height: 22px;"></span><br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Kematian embrio diartikan sebagai kematian fertilitas ovum dan embrio sampai dengan akhir implantasi. Kurang lebih 25-40</span><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">% kasus kematian embrio dini terjadi dalam suatu peternakan. Kematian ini lebih sering terjadi pada periode awal embrio daripada periode akhir. Kematian embrio dini dianggap sebagai proses eliminasi genotip yang tidak sehat/baik pada setiap generasi atau adanya kebuntingan ganda pada sapi dan domba.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Setelah terjadi proses pembuahan yang terjadi pada bagian ampula dari tuba falopii, individu baru yang terbantuk disebut zigot. Zigot setelah membelah (cleavage) disebut embrio. Embrio dalam perkembangannya akan berpindah menuju rongga uterus disusul dengan proses implantasi, yaitu upaya embrio untuk mengadakan hubungan langsung dengan dinding uterus sehingga terjadi hubungan yang erat antara embrio dengan dinding uterus induknya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
</span><br />
<div><span style="font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;">PENYEBAB KEMATIAN EMBRIO DINI</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Berbagai faktor yang memegang peranan penting dalam mempengaruhi perkembangan embrio atau fetus didalam uterus induknya. Faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab terjadinya kematian embrio dini adalah :</span><br />
<span style="font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">1. Genetik</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Kematian embrio karena faktor genetik diturunkan melalui gen letal atau terjadi mutasi selama gametogenesis yang menyebabkan gangguan fertilitas. Kematian embrio dini pada sapi sering terjadi karena perkawinan inbreeding atau perkawinan sebapak atau seibu, sehingga sifat jelek yang dimiliki induk akan lebih sering muncul pada turunannya. Kematian embrio dini karena faktor genetik memegang peranan cukup besar, yaitu sekitar 33 % dari seluruh kasus kematian embrio dini. Sebelum implantasi, embrio lebih mudah terkena pengaruh mutasi genetik dan kelainan kromosom (chromosomal aberration) diikuti oleh kematian embrio dini. Kelainan kromosom dapat dibedakan atas kelainan jumlah kromosom dan struktur kromosom. Kejadian ini tetap berlangsung karena kegagalan penyebaran kromosom atau susunan kromatin dalam sel tubuh penderita yang terjadi selama berlangsungnya proses meiosis dan mitosis dari sel telur atau sel mani yang dapat menghasilkan 2 bentuk sel yang poliploid. Aneuploid adalah kelainan kromosom hewan yang dapat terjadi karena pengurangan jumlah kromosom yang normal (2n-1), sedang poliploid adalah penambahan jumlah kromosom yang normal (2n+1). Kelainan tersebut di atas dapat menyebabkan kematian embrio dini pada sapi. Bentuk kelainan kromosom yang menyebabkan kematian embrio dini ini dapat terjadi pada sapi usia kebuntingan 8-16 hari.</span></div><div><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
</span><br />
<span style="font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">2. Hormonal</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Cepat dan lambatnya transport dari ovum dipengaruhi oleh keseimbangan estrogen-progesteron, yang juga akan mempengaruhi kematian embrio preimplantasi. Ketidakseimbangan kedua hormon tersebut akan menyebabkan regresi korpus luteum dan berakhirnya kebuntingan.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Periode kritis dari kehidupan embrio adalah pada periode akhir blastosis. Normalnya korpus luteum akan menghasilkan progesteron yang beraksi menutup saluran reproduksi betina sesuai dengan perkembangan embrio.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Kematian embrio pada sapi sebenarnya tidak disebabkan oleh kurangnya progesteron selama fase luteal, tetapi karena regresi dari luteal sebelum kematian embrio. Kurangnya respon terhadap hormon luteotropik juga berpengaruh pada kematian embrio pada sapi-sapi subfertil.</span></div><div><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
</span><br />
<span style="font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">3. Nutrisi</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Pemenuhan kebutuhan kalori dan kurangnya nutrisi spesifik (lemak, vitamin E, selenium, zing, tembaga, mangaan) akan mempengaruhi rata-rata ovulasi , fertililisasi dan juga kematian embrio dini. Sapi dengan konsumsi “rumen degradable protein” yang tinggi akan menyebabkan kematian embrio karena akan menurunkan pH lingkungan uterus selama fase luteal dimana embrio harus tumbuh. Konsumsi lemak pada sapi akan mempengaruhi produksi progesteron yang sangat penting untuk implantasi dan sebagai nutrisi yang penting untuk pembentukan awal embrio. Salah satu efek dari peningkatan konsumsi lemak akan meningkatkan ukuran folikel ovarium yang akan meningkatkan ukuran korpus luteum sehingga produksi progesteron juga tinggi.</span></div><div><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
</span><br />
<span style="font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">4. Umur</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Kematian embrio tinggi pada hewan yang telah bunting 5 kali dibandingkan dengan hewan muda.</span></div><div><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
</span><br />
<span style="font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">5. Jumlah embrio pada uterus</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Banyaknya embrio pada uterus akan berpengaruh pada tersedianya ruang untuk perkembangan embrio, suplai darah. Pada sapi dengan kebuntingan kembar lebih besar kemungkinan terjadi kematian embrio daripada bunting tunggal karena berkurangnya ruang untuk perkembangan embrio dan perebutan nutrisi intrauterin. Kematian embrio terjadi pada 3 atau 4 minggu pertama kebuntingan. </span></div><div><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
</span><br />
<span style="font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">6. Suhu </span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Kematian embrio terjadi pada induk yang terekspos suhu tinggi seperti pada daerah tropis. Fertilisasi pada domba dan sapi pada suhu tinggi akan terganggu walaupun tetap berkembang dan akan mati pada periode kritis saat implantasi. Berkurangnya fertilisasi mungkin karena penurunan daya hidup dan perkembangan embrio pada umur 6-8 hari dan kematian embrio juga dilaporkan pada sapi-sapi yang di Inseminasi Buatan pada saat musim panas.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Stress karena panas pada usia kebuntingan 8-17 hari akan mengubah lingkungan uterus yang tidak sesuai untuk pertumbuhan embrio dan aktivitas sekretori saat bunting.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Panas akan mengantagonis efek penghambatan sekresi PGF2 dari uterus, sehingga korpus luteum akan mengalami regresi dan kebuntingan tidak dapat dipertahankan. </span></div><div><span class="Apple-style-span" style="color: blue;"><br />
</span><br />
<span style="font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">7. Lingkungan kandang</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Sapi yang diternakkan dalam jumlah banyak dengan sedikit pengawasan akan menyebabkan sapi tidak diperhatikan dan juga mungkin program recordingnya tidak bagus sehingga terjadi kesalahan pada saat dikawinkan misalnya terlalu cepat atau terlalu lama dikawinkan.</span></div><div><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
</span><br />
<span style="font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">8. Infeksi</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Beberapa infeksi yang dapat menyebabkan kematian embrio dini adalah :</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">a. Brucellosis</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Pada sapi brucellosis umumnya disebabkan oleh Brucella abortus , sedangkan pada kambing dan domba disebabkaan oleh Brucella melitensis. Brucellosis akan menimbulkan gejala retensi plasenta dan metritis.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">b. Vibriosis</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Vibriosis disebabkan oleh Vibrio fetus venerealis atau Campylobacter foetus venerealis. Gejala khas dari vibriosis adalah endometritis dan salphingiitis. Jika terjadi fertilisasi maka akan tejadi kematian embrio dini.Siklus estrus juga akan diperpanjang 27-57 hari.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">c.Trikomoniasis</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Trikomoniasis disebabkan oleh Tritrichomonas fetus yang juga akan menyebabkan kematian embrio dini. Infeksi ini akan menyebabkan kemajiran, S/C yang tinggi (5x lebih), angka kebuntingan yang rendah, abortus dini dan pyometra.</span></div><div><span style="font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">9.Lingkungan uterus</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Adanya endometritis parturient dan tidak kondusif untuk kebuntingan mungkin juga disebabkan ingesti substansi steroid eksogenik atau ketidakcukupan sekresi endogen progesteron.</span></div><div><span style="font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">10. Laktasi</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Selama periode laktasi, kematian embrio dini dapat terjadi ternak sapi. Terjadinya kematian embrio dini ditandai dengan perpanjangan waktu siklus birahi setelah IB yang terakhir. Pengaruh buruk dari laktasi terhadap perkembangan embrio sampai saat ini belum jelas benar. Diduga ada hubungan dengan ketidakseimbangan hormonal selama laktasi, khususnya hormon progesteron terhadap kehidupan embrio dalam uterus. Tetapi, mungkin juga karena stress menyusui atau produksi susu yang tinggi menyebabkan embrio dalam uterus tidak cukup pakan untuk perkembangannya. Disamping itu ada kemungkinan bahwa proses involusi uteri yang belum sempurna setelah melahirkan, bila terjadi pembuahan dapat menurunkan kemampuan embrio yang terbentuk dalam mengadakan perlekatan pada dinding uterus pada proses implantasi, sehingga mudah terjadi kematian embrio dini.</span></div><div><span style="font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">11. Faktor kekebalan</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Setelah proses pembuahan, pada tubuh induk terjadi persentuhan dengan antigen berasal dari sperma dan embrio. Jika mekanisme immunosupresi tidak berjalan dengan baik, maka antibodi yang terbentuk akan mengganggu kehidupan embrio di dalam uterus. Ketidakcocokan antara unsur kekebalan yang berasal dari induk dengan embrio dapat menyebabkan kematian embrio, kematian fetus atau pedet yang baru dilahirkan. Pada sapi penderita dengan golongan darah yang mengandung zat transferin (beta globulin) dan antigen “J” di dalam serum darah, dapat bertindak sebagai penyebab kematian embrio sehingga menimbulkan angka kebuntingan.</span></div><div><span style="font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">12. Kesuburan sperma</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Waktu subur (fertile life) dari sperma berkisar antara 18-24 jam. Penyimpanan sperma (baik penyimpanan dingin maupun beku) dapat menurunkan kesuburan sperma. Kesuburan sperma yang menurun karena disimpan, mempunyai peranan dalam mendorong terjadinya kematian embrio dini. Dari pengalaman di lapangan tentang pengenceran dan penyimpanan sperma sapi pada suhu rendah menyimpulkan bahwa tidak ada akibat kematian embrio bila diinseminasikan pada sapi aseptor IB. Inseminasi buatan yang dilakukan pada induk sapi yang terlalu awal dari masa birahi, dapat menyebabkan sperma menjadi terlalu tua pada saat proses pembuahan. Akibatnya zigot yang terbentuk dalam keadaan lemah, yang dalam perkembangannya akan diikuti oleh kematian embrio dini.</span></div>Aswar Efendi Lubishttp://www.blogger.com/profile/00207915249091372704noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1388752398279991802.post-10827598142416721472011-02-05T07:19:00.000-08:002011-02-05T07:48:53.647-08:00Penyebab Abortus pd Sapi<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Arial, Georgia, serif; font-size: 14px; line-height: 22px;"></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Abortus atau keluron adalah pengeluaran fetus sebelum akhir masa kebuntingan dengan fetus yang belum sanggup hidup, sedangkan kelahiran prematur adalah pengeluaran fetus sebelum masa akhir kebuntingan dengan fetus yang sanggup hidup sendiri di luar tubuh induk (Toelihere, 1985).</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Abortus dapat terjadi pada berbagai umur kebuntingan dari 42 hari sampai saat akhir masa kebuntingan. Abortus dapat terjadi bila kematian fetus di dalam uterus disertai dengan adanya kontraksi dinding uterus sebagai akibat kerja secara bersama-sama dari hormon estrogen, oksitosin, dan prostaglandin F2? pada waktu terjadinya kematian fetus itu. Oleh karena itu fetus yang telah mati terdorong keluar dari saluran alat kelamin (Hardjopranjoto, 1995).</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Penyebab abortus secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu abortus karena sebab-sebab infeksi dan, abortus karena sebab-sebab non infeksi.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
</span><br />
<div><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
</span><br />
<div><span style="font-weight: bold;"><span style="text-decoration: underline;"><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">Abortus karena infeksi</span></span></span></div><div><span style="font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
</span> </span></div><div><span style="font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;">Brucellosis</span></span></div><div><span style="font-weight: bold; text-decoration: underline;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
</span> </span><span style="text-decoration: underline;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Sifat dan Kejadian</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Brucellosis adalah penyakit hewan menular yang secara primer menyerang sapi, kambing, babi dan sekunder beberapa jenis hewan lainnya dan manusia. Brucellosis disebabkan bakteri Brucella abortus (Anonim, 1978). Abortus karena Br. abortus umumnya terjadi dari bulan ke-6 sampai ke-9 periode kebuntingan. Kejadian abortus berkisar antara 5-90% di dalam suatu kelompok ternak tergantung pada berat ringan infeksi, daya tahan hewan bunting, virulensi organisme dan faktor-faktor lain (Toelihere, 1985).</span></div><div><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Terjadinya keguguran setelah kebuntingan 5 bulan merupakan petunjuk kunci untuk menemukan penyakit ini. Seekor sapi betina setelah keguguran itu masih mungkin bunting lagi tetapi tingkat kelahiran akan rendah dan tidak teratur (Blakely & Bade, 1991). Sedangkan menurut Akoso (1990), terjadinya keguguran karena penyakit ini biasanya pada usia kebuntingan 7 bulan. Kemungkinan selaput janin akan tertinggal lama dan menyebabkan sapi menjadi mandula dalah merupakan gejala penyakit ini</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Penularan penyakit ini dapat terjadi melalui ingesti makanan dan air yang terkontaminasi oleh kotoran-kotoran dari alat kelamin hewan yang mengalami abortus. Disamping itu penularannya dapat juga terjadi melalui selaput lendir mata dan melalui IB dengan semen terinfeksi. Anak sapi yang menyusu dari induk yang tertular juga dapat tertulari (Toelihere, 1985).</span></div><div><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
</span><br />
<span style="text-decoration: underline;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;">Patogenesis</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Permulaan infeksi brucellosis terjadi pada kelenjar limfe supramamaria. Pada uterus, lesi pertama terlihat pada jaringan ikat antara kelenjar uterus mengarah terjadinya endometritis ulseratif, kotiledon kemudian terinfeksi disertai terbentuknya eksudat pada lapisan allantokhorion. Brucella banyak terdapat pada vili khorion, karena terjadi penghancuran jaringan, seluruh vili akan rusak menyebabkan kematian fetus dan abortus. Jadi kematian fetus adalah gangguan fungsi plasenta disamping adanya endotoksin. Fetus biasanya tetap tinggal di uterus selama 24-72 jam setelah kematian. Selaput fetus menderita oedematous dengan lesi dan nekrosa (Hardjopranjoto, 1995).</span></div><div><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
</span><br />
<span style="text-decoration: underline;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;">Pengendalian dan Pencegahan</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Upaya yang dapat dilakukan terhadap pencegahan penyakit ini adalah memisahkan sapi yang menderita abortus pada tempat yang terisolasi, menghindari perkawinan antara pejantan dengan betina yang menderita abortus, jangan memberikan susu pada sapi dengan susu sapi yang menderita abortus, selalu memperhatikan kebersihan baik kandang maupun peralatan kandang dan peralatan pemerah yang digunakan, serta melaksanakan vaksinasi secara teratur (Siregar, 1982). Apabila terjadi abortus akibat Brucella abortus fetus dan placenta yang digugurkan harus dikubur atau dibakar dan tempat yang terkontaminasi harus didesinfeksi dengan 4% larutan kresol atau desinfektan sejenis (Toelihere, 1985).</span></div><div><span style="font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
</span> </span></div><div><span style="font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;">Leptospirosis</span></span></div><div><span style="font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
</span> </span><span style="text-decoration: underline;"><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">Sifat dan Kejadian</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Leptospirosis pada sapi disebabkan oleh spirocheta yang kecil dan berbentuk filamen, yang terpenting diantaranya adalah Leptospira pamona, L. hardjo, L. grippotyphosa dan L. conicola. Organisme ini mudah dimusnahkan oleh panas, sinar matahari, pengeringan, asam, dan desinfektan. Leptospira dapat hidup selama beberapa hari atau minggu dalam lingkungan yang lembab pada suhu sedang seperti di tambak, aliran air yang macet atau di tanah basah (Toelihere, 1985).</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Air merupakan media penyebaran utama untuk penyakit ini. Penularannya dapat pula melalui luka, semen, baik perkawinan alamiah maupun perkawinan dengan IB. selain dapat menular ke ternak lain penyakit ini juga dapat menular ke manusia (Blakely &Bade, 1991). Pembawa utama Leptospira adalah rodentia. Anjing dan babi dapat berfungsi sebagai pembawa potensial (Anonim, 1980).</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Penyebaran Leptospirosis bergantung pada keadaan luar, yaitu penyebarannya terutama melalui air dan lumpur. Hewan biasanya mengeluarkan Leptospira melalui air kemih. Bila air kemih in tiba di dalam air atau lumpur yang sedikit alkali atau netral maka Leptospira itu dapat tinggal hidup berminggu-minggu. Bila hewan atau orang kontak langsung dengan air atau lumpur ini maka ia terinfeksi. Leptospira ini masuk ke dalam tubuh melalui selaput lendir konjungtiva, mulut, hidung dan luka kulit.</span></div><div><span style="text-decoration: underline;"><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">Patogenesis</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Setelah infeksi terjadi pada sapi, Leptospira masuk dan berkembang di dalam aliran darah. Masa inkubasi terjadi 4-10 hari dengan fase bakteremia yang akan berakhir kira-kira 7 hari, diikuti pengeluaran Leptospira dalam air susu dan terjadi kerusakan fungsi ginjal. Dengan terbentuknya antibody dalam sirkulasi darah setelah 5-10 hari bakteremia berhenti, bakteri akan melokalisir dan menetap di sejumlah organ tubuh terutama tubulus renalis ginjal dan alat kelamin dewasa. Selanjutnya Leptospira dikeluarkan dalam urine selama 20 bulan atau lebih, tergantung pada serotype dan umur sapi. Pada induk sapi yang bunting maupun tidak bunting Leptospira akan menetap pada uterus pasca infeksi. Lokalisasi Leptospira pada uterus yang bunting dapat menulari fetus, diikuti dengan keluarnya kotoran yang mengandung Leptospira dari alat kelamin sampai 8 hari pasca lahir. Leptospira dapat juga menetap di tuba falopii 22 hari setelah melahirkan (Hardjopranjoto, 1995).</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Pengendalian dan Pencegahan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan tindakan-tindakan higienik dan sanitasi, vaksinasi dan pengobatan antibiotika. Bakterin dapat memberi kekebalan yang baik selama 2 sampai 12 bulan. Oleh karena itu vaksinasi memakai bakterin sebaiknya dilakukan 2 kali dalam 1 tahun. Pengobatan terhadap leptospirosis akut meliputi penyuntikan antibiotika dalam dosis tinggi seperti 3 juta satuan penicillin dan 5 gram streptomycin 2 kali sehari atau 2,5-5 gram tetracycline per 500 kg berat badan setiap hari selama 5 hari (Toelihere, 1985). Sedangkan cara pengendalian yang ideal adalah dengan penyingkiran hewan pembawa (Anonim, 1980).</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
</span><br />
<span style="font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;">Camphylobacteriosis</span></span></div><div><span style="font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
</span> </span><span style="text-decoration: underline;"><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">Sifat dan Kejadian</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Camphylobacteriosis yang disebabkan oleh Camphylobakter foetus veneralis (dahulu disebut Vibrio fetus veneralis) adalah salah satu penyakit penyebab utama kegagalan reproduksi pada sapi yang disebarkan melalui perkawinan. Umumnya ditemukan kematian embrio dini atau abortus pada bulan ke-4 sampai akhir kebuntingan (Toelihere, 1985).</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Penyebarannya lewat ingesti, masuk darah menyebabkan plasentitis dengan kotiledon hemoragik dan sekitar interkotiledonaria mengalami udema (Prihatno, 2006).</span></div><div><span style="text-decoration: underline;"><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">Patogenesis</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Infeksi Camphylobacter fetus venerealis pada sapi betina akan diikuti oleh endometritis, ditandai dengan adanya kerusakan pada endometrium yang mencapai puncaknya pada 8-13 minggu setelah penularan, disertai keluarnya cairan keruh kemudian berubah menjadi mukopurulen yang kadang-kadang diikuti salphingitis. Eksudat ditemukan dalam kelenjar uterus disertai infiltrasi limfosit ke dalam rongga periglandular. Karena adanya endometritis, embrio akan memperoleh oksigen lebih sedikit, sehingga akan mati dalam waktu yang singkat tanpa gejala yang jelas. Abortus terjadi pada umur 2-3 bulan dengan selaput fetus yang utuh pada waktu diabortuskan (Hardjopranjoto, 1995).</span></div><div><span style="text-decoration: underline;"><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">Pengendalian dan Pencegahan</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Pengendalian yaitu IB dengan semen sehat yang berasal dari pejantan yang sehat pula, hewan betina atau pejantan yang terkena harus istirahat kelamin selama 3 bulan dan vaksinasi dengan bakterin 30-90 hari sebelum dikawinkan atau setiap tahun (Prihatno, 2006). Sedangkan pengobatannya dapat dilakukan dengan pemberian antibiotic berspektrum luas baik pejantan maupun betina (Prihatno, 1994).</span></div><div><span style="font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Infectious Bovine Rhinotracheitis dan Infectious Pustular Vulvovaginitis (IBR-IPV)</span></span></div><div><span style="text-decoration: underline;"><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">Sifat dan Kejadian</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Penyakit ini baru dikenal sejak tahun 1950 di Amerika Serikat yang disebabkan oleh virus. Penyebaran virus ini adalah melalui udara yaitu pada saat banyak hewan berkumpul. Hingga sekarang hanya sapi yang diketahui peka terhadap penyakit ini. Infeksi buatan dapat dilakukan denan inhalasi larutan yang mengandung virus di dalam hidung atau dengan injeksi intra tracheal (Ressang, 1984). Kejadian abortus dapat setiap saat, tetapi umumnya mulai bulan ke-4 sampai akhir kebuntingan (Prihatno, 2006).</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Penularan penyakit ini dapat secara vertikal maupun horizontal. Secara vertical dapat melalui infeksi intra uterine, sedangkan secara horizontal dapat melalui inhalasi dari cairan hidung dan melalui semen yang mengandung virus (Anonim, 1982).</span></div><div><span style="text-decoration: underline;"><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">Patogenesis</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Masa inkubasi virus ini berkisar antara 4-6 hari. Infeksi virus ini menyebabkan lepuh-lepuh pada mukosa vulva dan vagina, yaitu dimulai dengan bintik-bintik merah sebesar jarum pentul yang dalam waktu 2-3 hari akan membesar. Lepuh-lepuh ini berdinding tipis dan berisi cairan. Sapi yang terinfeksi mengalami demam yang disertai radang vagina. Dari vulva akan keluar cairan yang mula-mula bening kemudian bersifat nanah. Infeksi virus ini juga menyebabkan lepuh-lepuh pada fetus.dan nekrosis pada bagian korteks ginjal fetus (Hardjopronjoto, 1995).</span></div><div><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
</span><br />
<span style="text-decoration: underline;"><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">Pengendalian dan Pencegahan</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Vaksinasi terhadap sapi-sapi yang tidak bunting dengan kombinasi IBR-IPV dan BVD-MD pada usia 6-8 bulan dapat dilakukan untuk mencegah penyakit ini. Sapi yang terkena diisolasi dan diistirahatkan kelamin selama kurang lebih 1 bulan kemudian untuk mencegah infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik (Prihatno, 1994).</span></div><div><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
</span></div><div><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
</span><br />
<span style="font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;">Bovine Virus Diarrhea Mucosal Disease (BVD-MD)</span></span></div><div><span style="font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
</span> </span><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Umumnya menyerang sapi dan menyebabkan infertilitas. Pada sapi bunting yang terinfeksi dapat menyebabkan abortus.abortus dapat terjadi pada usia kebuntingan 2-9 bulan dan sangat menular. Penularan dapat lewat oral atau parenteral, urin atau feses. Infeksi pada fetus antara hari ke 45 dan 125 kebuntingan dan mungkin menyebabkan kematian fetus, abortus, resorbsi, fetal immunotoleran, dan infeksi persisten. Gejala yang nampak adalah demam tinggi, depresi, anoreksia, diare, dan produksi susu turun.</span></div><div><span style="text-decoration: underline;"><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">Patogenesis</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Masa inkubasi secara alami berlangsung selam 21 hari. Virus masuk ke dalam aliran darah setelah terjadinya penularan (viremia), kemudian diikuti dengan timbulnya kerusakan-kerusakan sel epitel pada mukosa saluran pencernaan. Pada hewan yang buting virus ini menyebabkan plasentitis yang diikuti oleh infeksi pada fetus, kemudian diikuti abortus atau kelahiran anak yang abnormal (Hardjopranjoto, 1995).</span></div><div><span style="text-decoration: underline;"><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">Pengendalian dan Pencegahan</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Diagnosanya sulit karena tidak ada lesi spesifik pada fetus. Uji serologik untuk menentukan titer antibodi mungkin dapat membantu diagnosa. Pencegahan dengan mengeleminir sapi terinfeksi dan melakukan vaksinasi (Prihatno, 2006).</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
</span></div><div><span style="font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;">Epizootic Bovine Abortion (EBA</span><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">)</span></span></div><div><span style="font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
</span> </span><span style="text-decoration: underline;"><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">Sifat dan Kejadian</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Epizootic Bovine Abortion (EBA) disebabkan oleh Chlamydia psittasi dan vektornya adalah Ornithodoros coriaceus. Penyakit ini menyebabkan abortus yang tinggi (30-40%) pada tri semester akhir kebuntingan pada sapi dara (Prihatno, 2006).</span></div><div><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Menurut McKercher (1969) yand disitasi oleh Toelihere (1985) penyakit ini terutama menyerang fetus dan menyebabkan abortus pada umur kebuntingan 7, 8, dan 9 bulan. Beberapa fetus dilahirkan mati atau anak sapi lahir hidup tetapi lemah dan mati beberapa waktu kemudian. Gejala penyakit ini dapat dilihat dengan adanya kerusakan menyolok pada fetus yang diabortuskan pada placenta ada bercak-bercak (Partodiharjo, 1987).</span></div><div><span style="text-decoration: underline;"><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">Patogenensis</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Virus ini terutama menyerang fetus, ditandai adanya haemorrhagia petechial pada mukosa konjungtiva, mulut dan kulit fetus. Terdapat cairan berwarna jerami umumnya terdapat di dalam rongga tubuh. Infeksi virus ini pada fetus menyebabkan hati membengkak, berbungkul kasar dan berwarna kuning dan hampir semua kelenjar limfa membengkak dan oedematous (Toelihere, 1985).</span></div><div><span style="text-decoration: underline;"><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">Pengendalian dan Pencegahan</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Melihat ganasnya penyakit ini, maka diperkirakan penyebaran yang cepat dan antibodi yang terbentuk cukup kuat dalam tubuh sapi, dapat diperkirakan vaksin akan mudah didapat. Tetapi kenyataannya sampai sekarang belum ada vaksinnya (Partodiharjo, 1987). Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan mengisolasi dan mengobati hewan yang terinfeksi disamping pemberian vaksinasi tetapi belum ada vaksinnya (Prihatno, 1994).</span></div><div><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
</span></div><div><span style="font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Aspergillosis</span></span></div><div><span style="text-decoration: underline;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Sifat dan Kejadian</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Aspergillosis adalah penyakit jamur pada unggas, burung liar termasuk penguin, dan mamalia yang sudah lama dikenal. Jenis Aspergillus yang dianggap patogen untuk hewan adalah Aspergillus flavus, A. candidus, A. niger, A. glaucus. Ummnya penyakit ini bersifat menahun, akan tetapi pada hewan muda dapat berjalan akut. Pada sapi jamur dapat menyebabkan abortus bila jamur berlokasi di selaput fetus (Ressang, 1984).</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Hampir semua abortus pad sapi disebabkan oleh Aspergillus fumigatus dan Mucorales. Kebanyakan abortus terjadi pada bulan ke-5 sampai ke-7 masa kebuntingan, tetapi dapat berlangsung dari bulan ke-4 sampai waktu partus. Fetus umumnya dikeluarkan dalam keadaan mati, tetapi beberapa kasus terjadi kelahiran prematur (Toelihere, 1985). Organ reproduksi yang sering ditumbuhi jamur adalah uterus (Robert, 1986).</span></div><div><span style="text-decoration: underline;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Patogenesis</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Jamur masuk lewat inhalasi sampai ke paru-paru, spora akan mengikuti aliran darah menuju plasenta dan menyebabkan plasentitis diikuti oleh kematian fetus dan abortus. Jamur juga dapat masuk ke tubuh melalui makanan, lewat ingesti spora masuk rumen menyebabkan rumenitis kemudian masuk ke dalam darah menuju plasenta dan menyebabkan plasentitis yang diikuti oleh abortus (Prihatno, 2006).</span></div><div><span style="text-decoration: underline;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Pengendalian dan Pencegahan</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan cara antara lain : menyingkirkan hewan penderita, menghindari pemberian makanan bercendawan, memusnahkan sumber cendawan Aspergillus, memberikan perawatan dan makanan hewan untuk mempertinggi daya tahan tubuh, bekas tempat sapi yang terinfeksi didesinfeksi. Pengobatannya dengan griseofulvin untuk hewan besar memberikan hasil yang memuaskan tetapi biaya cukup mahal (Anonim, 1981).</span></div><div><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div><span style="font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;">Trichomoniasis</span></span></div><div><span style="text-decoration: underline;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Sifat dan Kejadian</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Trichomoniasis adalah penyakit venereal yang ditandai dengan sterilitas, abortus muda, dan pyometra, yang disebabkan oleh Trichomonas foetus. Abortus terjadi antara minggu pertama dan minggu ke-16 masa kebuntingan (Toelihere, 1985). Penularan dari sapi betina ke sapi yang lain terjadi melalui pejantan yang mengawininya. Penyakit ini pada tingkatan yang lanjut menunjukkan keadaan preputium penis sapi jantan yang mengalami peradangan, meskipun penyakit ini dapat pula ditularkan melalui IB (Blakely & Bade, 1991).</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Gejala penyakit ini ditandai dengan siklus estrus yang pendek tidak teratur, dan pada umumnya menyebabkan infertilitas yang bersifat sementara. Sering sekali ditemui abortus muda (umur 4 bulan atau kurang) dan kejadian pyometra (Partodiharjo, 1987).</span></div><div><span style="text-decoration: underline;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Patogenesis</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Pada vagina trichomonisis menimbulkan vaginitis kataralis, yang mukosa vaginanya berwarna kemerahan dan basah. Pada infeksi yang kronis didapatkan udemaa pada vulva. Pada uterus infeksi T. fetus menyebabkan endometritis kataralis yang dapat berubah menjadi purulen. Apabila sapi bunting, keradangan pada kotiledon mengakibatkan kemtian dan maserasi fetus atau abortus, kemudian disusul terjadinya piometra. Pada kasus tersebut corpus luteum gravidatum tetap berkembang dan disebut corpus luteum persisten. Plasenta mengalami penebalan dilapisi sejumlah kecil gumpalan eksudat berwarna putih kekuningan. Pada kotiledon sedikit nekrosis (Hardjopranjoto, 1995).</span></div><div><span style="text-decoration: underline;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Pengendalian dan Pencegahan</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Penanggulangan penyakit ini dapat dilakukan dengan pengobatan antibiotik secara lokal pada betina terinfeksi. Sedangkan pada pejantan terinfeksi dilakukan pembilasan kantong penis dengan antibiotik atau antiseptika ringan cukup membinasakan T. fetus. Disamping itu pengolahan semen yang digunakan untuk IB dengan baik merupakan cara pemberantasan Trichomoniasis (Partodiharjo, 1987). Semen yang beredar secara komersial dapat diberi perlakuan khusus dengan pemberian antibiotik untuk menghindari ancaman infeksi sapi betina yang di IB. pengobatan terhadap Trichomonisis dapat berhasil secara efektif dengan menggunakan antibiotik spektrum luas baik untuk pejantan maupun betina. Usaha lain yang dapat dilakukan adalah isolasi dan memberikan waktu istirahat untuk kegiatan seksual (Blakely & Bade, 1991).</span></div><div><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
</span></div><div><span style="font-weight: bold;"><span style="text-decoration: underline;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Abortus karena sebab-sebab non infeksi</span></span></span></div><div><span style="text-decoration: underline;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Abortus karena faktor genetik</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Inbreeding menyebabkan kematian embrio, abortus dan kelahiran anak yang mati karena konsentrasi gen-gen letal perzigot lebih tinggi dibandingkan dengan pada crossbreeding (Toelihere, 1985). Gen lethal yang diperoleh dari induk dan bapaknya, dapat menyebabkan abortus. Kelainan kromosom baik pada autosom maupun kromosom kelamin juga dapat menyebabkan abortus (Hardjopranjoto, 1995).</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Sebelum implantasi, embrio lebih mudah terkena pengaruh mutasi genetic dan kelainan kromosom diikuti oleh kematian fetus. Kelainan kromososm dapat dibedakan atas kelainan jumlah kromosm dan struktur kromosom. Kejadian ini dapat berlangsung karena kegagalan penyebaran kromosom atau susunan kromatin dalan sel tubuh penderita, terjadi selama berlangsungnya proses meiosis dan mitosis dari sel ovum atau sel sperma yang dapat menghasilkan dua bentuk sel yang poliploid. Yang dimaksud dengan poliploid adalah penambahan jumlah kromosom yang normal (2n+1) (Hardjopranjoto, 1995).</span></div><div><span style="text-decoration: underline;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Abortus karena sebab-sebab hormonal</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Senyawa estrogenik bila diberikan dalam dosis tinggi untuk periode yang lama dapat menyebabkan abortus pada sapi (Toelihere, 1985). Hormon estrogen dihasilkan oleh folikel ovarium dan mempunyai fungsi stimulasi kontraksi uterus, juga menyebabkan uterus lebih peka terhadap pengaruh oksitosin pada saat menjelang partus. Estrogen bekerjasama dengan relaksin dapat merelaksasi servik dan ligamentum pelvis. Pada periode kebuntingan gangguan ketidakseimbangan hormone dapat menyebabkan terjadinya abortus (Hardjopranjoto, 1995).</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Defisiensi progesteron merupakan penyebab abortus muda pada sapi. Abortus karena defisiensi progesteron dapat terjadi pada 45 sampai 180 hari masa kebuntingan, tetapi lebih sering pada 100 hari masa kebuntingan(Toelihere, 1985). Progesterone dihasilkan oleh korpus luteum dan mempunyai fungsi berhubungan dengan pertumbuhan sel-sel endometrium sebelum dan selama hewan bunting. Kemampuan korpus luteum gravidatum untuk menghasilkan hormone progesterone dapat mempertahankan kebuntingan (Hardjopranjoto, 1995).</span></div><div><span style="text-decoration: underline;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Abortus karena defisiensi makanan</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Malnutrisi untuk waktu yang lama menyebabkan penghentian siklus birahi dan kegagalan konsepsi. Defisiensi makanan dan kelaparan yang parah dapat menyebabkan abortus (Toelihere, 1985).</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Defisiensi vitamin A dapat menyebabkan abortus pada sapi umur kebuntingan tua atau terjadi kelahiran anak lemah atau mati. Provitamin A dapat dipecah menjadi vitamin A oleh dinding usus. Kekurangan vitamin A dalam ransom dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesuburan sampai pada tingkat kemajiran.pada induk yang sedang bunting, kekurangan vitamin A dapat diikuti oleh abortus. Ini disebabkan kekurangan vitamin A meyebabkan terjadinya keratinisasidari epitel uterus, sehingga proses implantasi menjadi terganggu dan meyebabkan degenerasi plasenta (Hardjopranjoto, 1995). Apabila kebuntingan berlangsung sampai akhir waktunya, kelahiran mungkin sulit terjadi dan disusul olen infeksi dan retensio secundinae (Toelihere, 1985). Hal yang sama juga pernah dilaporkan tentang defisisensi selenium (Toelihere, 1985). Kekurangan selenium dapat menyebabkan terjadinya degenerasi urat daging jantung dan rangka dari fetus, sehingga menyebabkan kematian fetus tersebut (Hardjopranjoto, 1995).</span></div><div><span style="text-decoration: underline;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Abortus karena keracunan (bahan toksik)</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Keracunan nitrat yang banyak dikandung oleh rumput liar dirawa-rawa atau daun cemara (pinus ponderosa) bila termakan dalam jumlah besar pada induk yang sedang bunting, dapat menyebabkan abortus pada 21-142 hari kemudiansesudah ingesti. Abortus dapat terjadi pada umur kebuntingan 6-9 bulan. Anak sapi dapat lahir premature, lemah dan mati sesudah beberapa waktu, sering juga terjadi retensi secundae. Bahan toksik yang terkandung di dalam daun pinus mungkin adalah suatu zat anti estrogenic yang akan mempengaruhi metabolisme tubuh terutama menekan sekresi kelenjar kelamin. Daun lamtoro yang diberikan dalam jumlah besar dapat menyebabkan abortus karena racun mimosin yang dikandung. Racun mimosin bila termakan induk hewan yang bunting secara berlebihan dapat mempengaruhi metablisme hormonal, sehingga menyebabkan penurunan respon ovarium terhadap sekresi hormone gonadotropin (Hardjopranjoto, 1995).</span></div><div><span style="text-decoration: underline;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Abortus karena gangguan dari luar tubuh induk</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Stress karena panas dapat menyebabkan hipotensi fetus, hypoxia, dan asidosis (Prihatno, 2006). Suhu yang panas dapat menyebabkan penurunan kadar hormone reproduksi seperti FSH dan LH, selain itu juga dapat menyebabkan penurunan volume darah yang mengalir ke alat reproduksi, sehingga menyebabkan perubahan lingkungan uterus yang lebih panas dan menambah kemungkinan kematian fetus (Hardjopranjoto, 1995).</span></div><div><span style="text-decoration: underline;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Abortus karena sebab-sebab fisik</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Pemecahan kantong amnion dengan penekanan manual pada kantung amnion selama kebuntingan muda, 30-60 hari umur kebuntingan dapat menyebabkan abortus. Sebab utama kematian fetus adalah rupture jantung atau pecahnya pembuluh darah pada dasar jantung fetus yang menyebabkan perdarahan ke dalam kantung amnion. Pemecahan corpus luteum gravidatum/verum pada ovarium akan disusul abortus beberapa hari kemudian. Pada sapi corpus luteum diperlukan selama periode kebuntingan dan kelahiran normal. Corpus luteum menghasilkan hormone progesterone yang berfungsi untuk pertumbuhan kelenjar endometrium, sekresi susu uterus, pertumbuhan endometrium dan pertautan placenta untuk memberi makan kepada fetus yang berkembang, dan menghambat pergerakan uterus untuk membantu pertautan placenta. Sehingga penyingkiran corpus luteum kebuntingan pada sapi pasti menyebabkan abortus (Toelihere, 1985).</span></div><div><span style="text-decoration: underline;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Abortus karena sebab-sebab lain</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Kembar pada sapi menyebabkan lebih banyak kelahiran prematur, abortus, distokia, dan kelahiran anak yang lemah atau mati dibandingkan fetus tunggal (Toelihere, 1985). Banyaknya fetus yang ditampung oleh kedua cornua uteri dari seekor induk sangat tergantung kepada sifat genetisnya. Makin bertambahnya jumlah fetus, makin bertambah pula jumlah plasentanya dan makin bertambah ruangan didalam uterus yang dibutuhkan, serta makin bertambah kebutuhan darah untuk fetusnya. Namun demikian, kemapuan rongga uterus untuk menampung fetus secara alamiah adalah terbatas. Dengan bertambahnya fetus di dalam uterus di luar kemampuannya, dapat mengurangi penyediaan darah pada tiap fetus. Kondisi sepetri ini cenderung menyebabkan kematian fetus, khususnya bila fetus berada dalam satu cornua (Hardjopranjoto, 1995).</span></div></div>Aswar Efendi Lubishttp://www.blogger.com/profile/00207915249091372704noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1388752398279991802.post-57399352850369432722011-02-05T07:17:00.001-08:002011-02-05T07:17:41.590-08:00Pembuatan Silase<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Arial, Georgia, serif; font-size: 14px; line-height: 22px;"></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-weight: bold;">Bahan pembuatan Silase</span><br />
Bahan untuk pembuatan silase adalah segala macam hijauan dan bahan dari tumbuhan lainnya yang di sukai oleh ternak ruminansia, seperti :<br />
-Rumput, Sorghum, Jagung, Biji-bijian kecil, tanaman tebu, tongkol gandum, tongkol jagung, pucuk tebu, batang nanas dan jerami padi, dll<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-weight: bold;">Syarat hijauan (tanaman) yang dibuat Silase</span> :<br />
Segala jenis tumbuhan atau hijauan serta bijian yang di sukai oleh ternak, terutama yang mengandung banyak karbohidrat nya. Untuk penjelasan mengapa dan apa sebabnya lihat di bagian Prinsip Fermentasi<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-weight: bold;">Bahan tambahan</span><br />
Dengan mengetahui prinsip fermentasi dan phase tahapan prosesnya , maka kita bisa memanipulasi proses fermentasi dalam pebuatan silase. Manipulasi di tujukan untuk mempercepat proses atau untuk meningkatkan dan mempertahankan kadar nutrisi yang terkandung pada bahan baku silase Manipulasi dengan penambahan bahan additive ini bisa dilakukan secara langsung dengan memberikan tambahan bahan-bahan yang mengandung karbohidrat yang siap diabsorpsi oleh mikroba, antara lain :<br />
-Molase (melas) : 2,5 kg /100 kg hijauan.<br />
-Onggok (tepung) : 2,5 kg/100 kg hijauan.<br />
-Tepung jagung : 3,5 kg/100 kg hijauan.<br />
-Dedak halus : 5,0 kg/100 kg hijauan.<br />
-Ampas sagu : 7,0 kg/100 kg hijauan.<br />
Biasanya ini diperlukan bila bahan dasarnya kurang banyak mengadung karbohidrat<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-weight: bold;">Proses pembuatan Silase</span><br />
Setelah memahami prinsip dasar pembuatan silase, maka proses tahap pelaksanaan pembuatan silase akan menjadi sangat mudah di fahami apa dan mengapanya.<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-weight: bold;">Penyiapan Silo</span><br />
Silo hanyalah nama sebuah wadah yang bisa di tutup dan kedap udara, artinya udara tidak bisa masuk maupun keluar dar dan ke dalam wadah tersebut. Wadah tersebut juga harus kedap rembesan cairan. Untuk memenuhi kriteria ini maka bahan plastik merupakan jawaban yang terbaik dan termurah serta sangat fleksibel penggunaannya. Walaupun bahan dari metal, semen dll tetap baik untuk di gunakan. Ukuran di sesuaikan dengan kebutuhan, mulai kantong keresek plastik ukuran satu kilogram, sampai silo silindris dengan garis tengah 100 meter dan ketinggian 30 meter. Pilihlah ukuran, bahan serta konstruksi yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anda.<br />
<div><br />
Gentong plastik (biasanya berwarna biru) yang mempunyai tutup yang bisa di kunci dengan rapat, merupakan salah satu pilihan yang terbaik. Karena di samping ukurannya yang sedang sehingga mudah untuk di angkat manusia, kemudian dengan penambahan jumlah bisa memenuhi kebutuhan yang lebih banyak.<br />
<br />
Jika ingin membuat dalam jumlah yang banyak sekali gus, maka cara yang termurah adalah dengan menggali tanah. Ukuran di sesuaikan dengan kebutuhan. Kemudian menggunakan kantung plastik yang di jual meteran, sehingga penutupannya bisa dilakukan dengan sangat rapat.<br />
<br />
Prinsip yang harus di perhatikan adalah, saat membuka dan memberikan silase pada ternak, maka silo tersebut akan kemasukan udara/oksigen yang bisa dan akan merusak silase yang telah jadi karena terjadinya proses aerobic, lihat dip hase-6. Inilah sebabnya kenapa pembuatan dalam jumlah kecil dengan menggunakan silo yang banyak serta portable (seperti gentong plastik biru, atau kantong plastik), jauh lebih berdaya guna di banding dengan pembuatan dalam jumlah sangat besar dalam satu wadah/silo. Untuk itu ketahuilah jumlah kebutuhan ternak anda, lalu sesuaikan pembuatan silo, sehingga penggunaannya bisa sekali buka silo , isinya langsung habis di konsumsi sehingga tidak adalagi sisa yang harus di simpan. Penyimpanan sisa silase ini , di samping sangat merepotkan juga sangat riskan terhadap terjadinya proses pembusukan karena terjadi nya eksposur tehadap oksigen yang akan mengaktive kan bakteri aerob.<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-weight: bold;">Penyiapan bahan baku silase serta penempatan pada silo:</span><br />
Bahan baku sebaiknya berasal dari tumbuhan atau bijian yang segar yang langsung di dapat dari pemanenan, jangan yang telah tersimpan lama – mengapa – lihat pada Prinsip Dasar Fermentasi Silase.</div><div>1.Pemotongan atau Pencacahan Bahan Baku Ukuran pemotongan sebaiknya sekitar 5 centimeter. Pemotongan dan pencacahan perlu di lakukan agar mudah di masukan dalam silo dan mengurangi terperangkapnya ruang udara di dalam silo serta memudahkan pemadatan. Jika hendak menggunakan bahan tambahan, maka taburkan bahan tambahan tersebut kemudian di aduk secara merata, sebelum di masukan dalam silo<br />
2.Masukan cacahan tersebut kedalam silo secara bertahap, lapis demi lapis.<br />
3.Saat memasukan bahan baku kedalam silo secara bertahap, lakukan penekanan atau pengepresan untuk setiap lapisan agar padat. Kenapa harus di padatkan, karena oksigen harus sebanyak mungkin di kurangi atau di hilangkan sama sekali dari ruang silo – Lihat Prinsip Dasar Fermentasi Silase.<br />
4.Lakukan penutupan dengan serapat mungkin sehingga tidak ada udara yang bisa masuk kedalam silo. (Lihat Prinsip Dasar Fermentasi Silase)<br />
5.Biarkan silo tertutup rapat serta di letakan pada ruang yang tidak terkena matahari atau kena hujan secara langsung, selama tiga minggu<br />
6.Setelah tiga minggu maka silase sudah siap di sajikan sebagai pakan ternak. Sedangkan untuk menilai kualitas hasil pembuatan silase ini bisa di lihat di Kriteria Silase yang baik, jika penilaian anda mendapatkan hasil 100 atau mendekati 100, maka cara and membuat silase sudah sangat baik, lakukan cara tersebut untuk pembuatan silase berikutnya.<br />
7.Silo yang tidak di buka dapat terus di simpan sampai jangka waktu yang sangat lama asalkan tidak kemasukan udara.<br />
8.Pemberian pada ternak yang belum terbiasa makan silase, harus di berikan sedikit demi sedikit dicampur dengan hijauan yang biasa dimakan. Jika sudah terbiasa secara bertahap dapat seluruhnya diberi silase sesuai dengan kebutuhan.<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-weight: bold;">Bagi Pemula:</span><br />
Bagi pemula yang belum pernah membuat fermentasi silase, akan menganggap proses ini adalah proses yang sulit dan serba canggih. Namun jika telah mengetahui prinsip dasarnya maka pembuatan silse ini bukanlah merupakan sesuatu yang sulit ataupun aneh serba canggih serta padat teknologi. Sedikit menyinggung sejarah di temukannya silase; </div><div>Pada jaman dahulu kala di daratan Eropa ada seorang penggembala sapi, yang selalu dengan rajin dan penuh perhatian pada ternak yang di gembalanya. Dia sangat memperhatikan keberadaan beberapa anak sapi gembalaannya yang sering tidak kebagian hijauan saat merumput. Kemudian dia menyabit rumput, yang kemudian dia tempatkan pada kantung kain tebal yang selalu dia bawa sebagai tempat menyimpan bekal makannya. Rumput yang di bawanya kemudian dengan penuh rasa kasih sayang di berikan pada anak-anak sapi setibanya di kandang.</div><div><br />
Pada suatu ketika , setelah menyabit dan menempatkan rumput di dalam kantung tebalnya, anak–anak sapi tersebut selalu mendekatinya dan berusaha memakan rumput yang berada dalam kantung tersebut. Penggembala itu merasa kesal, menghardik agar anak sapi tersebut belajar merumput, kemudian dia mengubur kantung plastiknya di dalam tanah, agar anak sapi tersebut tidak manja dan mau berusaha lebih keras dalam merumput.</div><div><br />
Sebagai manusia biasa si penggembala tidak bisa menemukan kembali kuburan kantung plastiknya, saat mereka pulang ke kandang.Beberapa minggu kemudian saat menggembala pada tempat yang sama dimana dia mengubur kantung plastiknya, secara kebetulan dia menemukan kembali kuburan tersebut.<br />
Setelah di gali ulang, di buka dan dilihat isinya, ternyata rumput tersebut masih ada serta beraroma wangi dan berasa kemanisan. Dia coba berikan pada anak-anak sapi, ternyata mereka sangat menyukainya, demikian juga saat di berikan pada sapi dewasa lainnya.Sejak itulah proses fermentasi di kenal dan di pergunakan untuk mengawetkan hijauan.<br />
<br />
Jika saat ini proses fermentasi silase terkesan serba scientific, itu karena para ilmuwan terus menyelidiki dan mengembangkannya , dengan menggunakan istilah-istilah yang ruwet njlimet serta susah di mengerti, walaupun tujuannya memudahkan bagi para peternak.<br />
<br />
Bagi para pemula dan peserta yang belum pernah membuat fermentasi silase, lakukan tahapan pada penjelasan di atas, dengan sekala jumlah yang kecil terlebih dahulu.Gunakan kantung plastik bekas pembungkus sebagi silo, sebanyak sepuluh kantung silo atau kelipatan dari sepuluh. Perhatikan betul-betul jangan sampai ada yang bocor silo mini nya.Lima silo mini diperuntukan pembuatan silase tanpa bahan tambahan,lima lainnya untuk pembuatan silase dengan menggunakan bahan tambahan. Setiap minggu bukalah masing-masing satu silo yang memakai bahan tambahan dan yang tidak. Periksa dengan seksama hasilnya. Lakukan pencatatan dari apa yang anda temukan, bandingkan dengan penjelasan diatas.</div><div><br />
Pada minggu ke empat dan kelima, anda akan mampu memberikan skore atau penilaian hasil fermentasi yang anda lakukan , dengan melihat Kriteria Silase yang baik di bawah ini.Setelah melakukan berulang ulang, maka anda akan merasakan bahwa proses pembuatan silase adalah suatu proses yang penuh dengan nuansa seni yang tinggi, sehingga sangat menyenangkan untuk di lakukan. Ketekunan, kecepatan, kebersihan serta kepatuhan pada prosedur dan tahap pembuatan silase, akan menentukan perbedaan hasil yang di dapat. Penilai ahir dari produksi silase anda , adalah ternak anda, jika ternak anda menyukainya, pertumbuhannya lebih baik, serta anda tidak takut lagi menghadapi kelangkaan hijauan saat musim panas yang panjang. Berarti anda telah meraih satu tahap kesuksesan dalam hidup anda. Tiada yang menilai kesuksesan anda, tiada yang memberikan penghargaan pada kesuksesan anda ini, namun dengan pasti kesuksesan berikutnya telah menanti anda.<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-weight: bold;">Kriteria Silase yang baik :</span><br />
Indikasi dan penjelasan serta nilai keberhasilannya:<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="text-decoration: underline;">KEWANGIAN</span><br />
1. Wangi seperti buah-buahan dan sedikit asam, sangat wangi dan terdorong untuk mencicipinya. Nilai 25<br />
2. Ingin mencoba mencicipinya tetapi asam, bau wangi Nilai 20<br />
3. Bau asam, dan apabila diisap oleh hidung,rasa/wangi baunya semakin kuat atau sama sekali tidak ada bau. Nilai 10<br />
4. Seperti jamur dan kompos bau yang tidak sedap. Nilai 0<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="text-decoration: underline;">RASA </span><br />
5. Apabila dicoba digigit, manis dan terasa asam seperti youghurt/yakult. Nilai 25<br />
6. Rasanya sedikit asam Nilai 20<br />
7. Tidak ada rasa Nilai 10<br />
8. Rasa yang tidak sedap, tidak ada dorongan untuk mencobanya. 0<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="text-decoration: underline;">WARNA</span><br />
9. Hijau kekuning- kuningan. Nilai 25<br />
10.Coklat agak kehitam-hitaman. Nilai 10<br />
11.Hitam, mendekati warna kompos Nilai 0<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="text-decoration: underline;">SENTUHAN </span><br />
12. Kering, tetapi apabila dipegang terasa lembut dan empuk. Apabila menempel ditangan karena baunya yang wangi tidak dicucipun tidak apa-apa. Nilai 25<br />
13. Kandungan airnya terasa sedikit banyak tetapi tidak terasa basah. Apabila ditangan dicuci bau wanginya langsung hilang. Nilai 10<br />
14. Kandungan airnya banyak, terasa basah sedikit (becek) bau yang menempel ditangan, harus dicuci dengan sabun supaya baunya hilang. Nilai 0<br />
<br />
Jumlah nilai = Nilai wangi + Nilai rasa + Nilai warna + Nilai sentuh, angka 100 adalah yang terbaik<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-weight: bold;">Penyimpanan Silase:</span><br />
Silase dapat di simpan dalam waktu yang sangat lama selama tetap berada dalam keadaan kedap udara</div>Aswar Efendi Lubishttp://www.blogger.com/profile/00207915249091372704noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1388752398279991802.post-83338681203191881082011-02-05T07:15:00.001-08:002011-02-05T07:15:35.280-08:00Prolapsus Uteri Pada Sapi.<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Arial, Georgia, serif; font-size: 14px; line-height: 22px;"></span><br />
Pada tulisan terdahulu saya pernah mem-posting artikel yang berjudul<a href="http://hotsidesite.blogspot.com/2009/10/prolapsus-uteri-pada-sapi.html" style="color: black; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; text-decoration: none;">Prolapsus Uteri Pada Sapi</a>. Memang kasus prolapsus uteri banyak di jumpai di desa-desa. Jika hal ini terjadi pada peternak di desa, pasti sapinya langsung di jual atau di afkir (potong). Padahal dalam undang-undang tidak boleh memotong sapi betina jika sapi tersebut masih produktif. Kecuali pada kasus-kasus tertentu yang memaksa pemilik harus segera memotongnya.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/_djJmudheLXk/THDgPMcs23I/AAAAAAAAAJM/eWIqbb5ULfs/s1600/Prolapsus+uteri.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; color: black; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; text-decoration: none;"><img border="0" height="150" src="http://3.bp.blogspot.com/_djJmudheLXk/THDgPMcs23I/AAAAAAAAAJM/eWIqbb5ULfs/s200/Prolapsus+uteri.jpg" style="border-bottom-color: rgb(0, 0, 0); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 0px; border-left-color: rgb(0, 0, 0); border-left-style: solid; border-left-width: 0px; border-right-color: rgb(0, 0, 0); border-right-style: solid; border-right-width: 0px; border-top-color: rgb(0, 0, 0); border-top-style: solid; border-top-width: 0px; padding-bottom: 1px; padding-left: 1px; padding-right: 1px; padding-top: 1px;" width="200" /></a></div><br />
Padahal jika kasus ini di tangani lebih lanjut, maka tidak perlu adanya sapi yang di korbankan (hehehe). Tapi memang sih, kasus prolapsus adalah kasus yang kambuhan. Untuk mengetahui pengertian dari prolapsus uteri itu sendiri dapat anda klik langsung <a href="http://hotsidesite.blogspot.com/2009/10/prolapsus-uteri-pada-sapi.html" style="color: black; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; text-decoration: none;">DISINI</a>.<br />
<br />
Ini adalah sebuah penanganan darurat untuk kasus prolapsus uteri yang sering terjadi di desa. Jika di desa, maka peralatan dan obat akan semakin terbatas. Untuk itu penanganan<br />
<a href="" name="more" style="color: black; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; text-decoration: none;"></a>seperti di bawah ini memungkinkan untuk di lakukan. Saya ambil dari beberapa sumber (<a href="http://kasuslapangan.blogspot.com/2010/03/penanganan-prolaps-uteri-broyongen.html" style="color: black; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; text-decoration: none;">Kasus Lapangan</a>)<br />
<br />
<ol><li>Siapkan air bersih</li>
<li>Sediakan 4 bungkus es batu (1 literan)</li>
<li>Siapkan alkohol</li>
<li>Siapkan jarum jahit/1 set alat jahit steril (kalo ga ada, pake jarum karung dan tali rafia, rebus dengan air panas dan rendam dalam alkohol 70 %)</li>
<li>Cuci alat reproduksi yang keluar dengan air bersih, serta singkirkan sisa plasenta dan korpus luteum sekalian, lalu perlahan-lahan dengan menggunakan tangan yang telah di pasang hand gloves, masukkan seluruh organ reproduksi itu kedalam sampai masuk seluruhnya.</li>
<li>Tekan mulut vagina dan masukkan es batu kedalam, utk membekukan darah</li>
<li>Jahit luka sobeknya dengan jarum dan tali rafia</li>
<li>Letakkan sapi pada alas tanah dengan posisi kaki depan lebih rendah daripada kaki belakang</li>
<li>Usahakan ternak berada dalam ruang yang terbatas, ternak tidak dapat memutar</li>
<li>Injeksi dengan vitamin A, D, E, K serta preparat kalsium (misal, Calidex 25 cc SC)</li>
<li>Beri ternak makan dan minum secukupnya</li>
<li>Setelah 3-4 hari dan luka sudah kering, jahitan bisa di buka</li>
<li>Segera di jual karena partus selanjutnya kemungkinan besar akan prolaps lagi.</li>
</ol>Aswar Efendi Lubishttp://www.blogger.com/profile/00207915249091372704noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1388752398279991802.post-28463485880222714692011-02-05T07:13:00.000-08:002011-02-05T07:13:41.444-08:00Histologi Testis<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Arial, Georgia, serif; font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 14px; line-height: 22px;">Testis terdiri dari kelenjar-kelenjar yang berbentuk tubulus, dibungkus oleh selaput tebal yang disebut tunika albugenia. Pada sudut posterior organ ini terbungkus oleh selaput atau kapsula yang disebut mediastinum testis. Septula testis merupakan selaput tipis yang meluas mengelilingi mediastinum sampai ke tunika albugenia dan membagi testis menjadi 250-270 bagian berbentuk piramid yang disebut lobuli testis. Isi dari lobulus adalah tubulus seminiferus, yang merupakan tabung kecil panjang dan berkelok-kelok memenuhi seluruh kerucut lobulus. Muara tubulus seminiferus terdapat pada ujung medial dari kerucut. Pada ujung apikal dari tiap-tiap lobulus akan terjadi penyempitan lumen dan akan membentuk segmen pendek pertama dari sistem saluran kelamin yang selanjutnya akan masuk ke rete testis.<br />
<br />
Dinding tubulus seminiferus terdiri dari tiga lapisan dari luar ke dalam yaitu tunika propria, lamina basalis dan lapisan epitelium. Tunika propria terdiri atas beberapa lapisan fibroblas, yang berfungsi sebagai alat transportasi sel spermatozoa dari tubulus seminiferus ke epididimis dengan jalan kontraksi. Lapisan epitel pada tubulus seminiferus terdiri dari dua jenis sel yaitu sel-sel penyokong yang disebut sebagai sel sertoli dan sel-sel spermatogonium. Sel-sel spermatogonium merupakan sel benih sejati, karena sel-sel inilah dihasilkan spermatozoa melalui pembelahan sel. Sel-sel spermatogonium tersusun dalam 4-8 lapisan yang menempati ruang antara membrana basalis dan lumen tubulus.<br />
<br />
<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=1388752398279991802&postID=2846348588022271469" name="more" style="color: black; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; text-decoration: none;"></a><br />
<br />
Sel sertoli berbentuk panjang, berdasar luas, melekat pada membrana basalis, berfungsi merawat sel spermatozoa yang baru saja terbentuk, menghasilkan semacam hormon (inhibin), menghasilkan protein pembawa hormon jantan (ABP = Androgen Binding Protein) dan menghasilkan cairan testis. Diantara lobuli pada testis didapatkan sel-sel yang berbentuk poliglonal disebut sebagai sel interstitiil atau sel leydig yang merupakan sistem endokrin testis.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Arial, Georgia, serif; font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 14px; line-height: 22px;"><img src="http://1.bp.blogspot.com/_djJmudheLXk/THcVmMR_ObI/AAAAAAAAAJk/iencbhQ2hig/s320/testis.jpg" /></span></span>Aswar Efendi Lubishttp://www.blogger.com/profile/00207915249091372704noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1388752398279991802.post-70718036865933081952010-12-29T14:20:00.000-08:002010-12-29T14:20:55.176-08:00TELUR, DAGING, SUSU DAN SALMON DIYAKINI DAPAT MERANGSANG PERTUMBUHAN SEL-SEL OTAK<span class="Apple-style-span" style="color: #2a2a2a; font-family: Arial, Verdana, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px;"></span><br />
<div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"></div><h2 style="border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: dashed; border-top-width: 1px; font-size: 18px; font-weight: bold; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 10px; text-transform: uppercase;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">TELUR, DAGING, SUSU DAN SALMON DIYAKINI DAPAT MERANGSANG PERTUMBUHAN SEL-SEL OTAK</span></span></h2><br />
<div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Pada postingan sebelumnya, telah nyata bahwa Telur, daging sapi, susu dan ikan Salmon yang merupakan produk pangan asal hewan, sangat penting untuk pertumbuhan anak, terutama pertumbuhan dan perkembangan otak. Oleh sebab itu, jika anak anda ingin tumbuh menjadi anak yang cerdas, sehat dan pintar, maka konsumsilah bahan pangan asal hewan tersebut. Selain itu, berikut disajikan makanan lain yang disinyalir juga dapat meningkatkan pertumbuhan otak anak.</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><strong><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">1. Telur</span></span></strong><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><br />
Produk pangan asal hewan, Telur dikenal sebagai sumber penting protein yang relatif murah dan harganya cukup terjangkau. Bagian kuning telur ternyata padat akan kandungan kolin, suatu zat yang dapat membantu perkembangan memori atau daya ingat. Sajikan telur dengan berbagai sajian. Paling nikmat jika rutin disajikan untuk menu sarapan.</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><strong><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">2. Salmon</span></span></strong><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><br />
Produk asal hewan lainnya adalah Ikan. Ikan seperti salmon merupakan sumber terbaik asam lemak omega-3 – DHA and EPA – yang keduanya penting bagi pertumbuhan dan perkembangan fungsi otak.</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><strong><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">3. Daging sapi tanpa lemak</span></span></strong><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><br />
Daging sapi tanpa lemak adalah salah atu sumber makanan yang mengandung banyak zat ebsi. Dengan hanya mengonsumsi 1 ons per hari, maka tubuh Anda akan terbantu dalam penyerapan zat besi darai sumrbe lainnya. Daging sapi juga mengandung mineral seng yang dapat membantu memelihara daya ingat . Zat besi adalah jenis mineral esensial yang akan membantu anak-anak tetap berenergi dan berkonsentrasi di sekolag.</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><strong><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">4. Gandum murni</span></span></strong><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><br />
Otak membutuhkan suplai atau sediaan glukosa dari tubuh yang sifatnya konstan. Gandum murni memiliki kemampuan untuk mendukung kebutuhan tersebut. Serat yang terkandung dalam gandum murni dapat membantu mengatur pelepasan glukosa dalam tubuh. Gandum juga mengandung vitamin B yang berfungsi memelihara kesehatan sistem saraf.</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><strong><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">5. Selai kacang</span></span></strong><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><br />
“Kacang tanah (peanut) dan selai kacang merupakan salah satu sumber vitamin E. Vitamin ini merupakan antioksidan yang dapat melindungi membran-membran sel saraf. Bersama thiamin, vitamin E membantu otak dan sistem saraf dalam penggunaan glukosa untuk kebutuhan energi.</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><span id="more-1975"></span></span></span><strong><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">6. Oat/Oatmeal</span></span></strong><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><br />
Oat merupakan salah satu jenis sereal paling populer di kalangan anak-anak dan kaya akan nutrisi penting bagi otak. Oat dapat menyediakan energi atau bahan bakar untuk otak yang sangat dibutuhkan anak-anak mengawali aktivitasnya di pagi hari. Kaya akan kandungan serat, oat akan menjaga otak anak terpenuhi kebutuhannya di sepanjang pagi. Oat juga merupakan sumber vitamin E, vitamin B, potassium dan seng — yang membuat tubuh dan fungsi otak berfungsi pada kapasitas penuh.</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><strong><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">7. Sayuran berwarna</span></span></strong><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><br />
Tomat, ubi jalar merah, labu, wortel, bayam adalah sayuran yang kaya nutrisi dan sumber antioksidan yang akan membuat sel-sel otak kuat dan sehat.</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><strong><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">8. Susu dan Yogurt</span></span></strong><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><br />
Makanan yang berasal dari produk susu mengandung protein dan vitamin B tinggi. Dua jenis nutrisi ini penting bagi pertumbuhan jaringan otak, neurotransmitter dan enzim. Susu dan yogurt juga bisa membuat perut kenyang karena kandungan protein dan karbohidratnya sekaligus menjadi sumber energi bagi otak. Penelitian terbaru mengindikasikan bahwa anak-anak dan remaja membutuhkan lebih banyak vitamin D bahkan 10 kali dari dosis yang direkomendasikan. Vitamin D adalah vitamin yang juga penting bagi sistem saraf otot dan siklus hidup sel-sel manusia secara keseluruhan.</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><strong><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">9. Kacang-kacangan</span></span></strong><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><br />
Kacang adalah makanan spesial sebab makanan ini memiliki energi yang berasal dari protein serta karbohidrat kompleks. Selain itu, kacang kaya akan kandungan serat, vitamin dan mineral. Kacang juga makanan yang baik untuk otak karena mereka dapat mempertahankan energi dan kemampuan berpikir anak-anak pada puncaknya di sore hari jika dikonsumsi saat makan siang. Menurut hasil penelitian, kacang merah dan kacang pinto mengandung lebih banyak asal lemak omega 3 daripada jenis kacang lainnya — khususnya ALA – jenis asal omega-3 yang penting bagi pertumbuhan dan fungsi otak .</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Khsusus bagi yang vegetarian, Anda dapat memanfaatkan kacang hitam dan burger kedelai sebagai pilihan. Kacang-kacangan adalah adalah sumber penting zat besi nonheme — tipe zat besi yang membutuhkan vitamin C untuk di serap oleh tubuh . Mengonsumsi tomat , jus jeruk, strawberry dan kacang-kacangan juga dapat dipilih sebagai upaya mencukupi kebutuhan zat besi.</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><strong><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">10. Berry</span></span></strong><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><br />
Beberapa riset menunjukkan mereka yang mendapatkan ekstrak blueberry dan strawberry mengalami perbaikian dalam fungsi daya ingatnya. Biji dari buah berri ini juga ternyata kaya akan asam lemak omega-3. Strawberry, cherry, blueberriy dan blackberry. Secara umum, semakin kuat warnanya, semakin banyak nutritisi yang di kandungnya. Berry mengandung antioksidan kadar tinggi, khususnya vitamin C, yang berfaedah mencegah kanker.</span></span></div>Aswar Efendi Lubishttp://www.blogger.com/profile/00207915249091372704noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1388752398279991802.post-22476938142096737502010-12-29T14:14:00.000-08:002010-12-29T14:14:50.289-08:00KEDOKTERAN HEWAN TERBUKTI BERCIRI SAMA DENGAN KEDOKTERAN MANUSIA<span class="Apple-style-span" style="color: #2a2a2a; font-family: Arial, Verdana, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px;"></span><br />
<div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><strong><span class="Apple-style-span" style="color: red;">Mythos dan Legenda Profesi Medi</span><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">s</span></strong><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
Profesi kedokteran/kesehatan di zaman dahulu kala dimanapun, berakar dari Mythologi dan hal-hal gaib (magic). Di zaman Yunani kuno, cerita tentang dewa-dewa penyakit dan penyembuh antara lain Apollo, Chiron(digambarkan sebagai manusia berbadan kuda= centaur) dan murid-muridnya antara lain yang terkenal adalah Asklepios (latin:Aesculapius) seorang manusia biasa yang berkemampuan<br />
Simbol dari Aesculapius adalah Ular (As) dan Melingkar (klepios) di batang pohon dimana ular tidak beracun ini merupakan lambang sacral cara penyembuhan zaman kuno. Symbol kedokteran kemudian mengambil dari symbol Aesculapius , sedangkan profesi kedokteran hewan (veteriner) ada yang mengambil Centaur (manusia berbadan kuda) atau Aesculapius.</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Maka lambang profesi veteriner mencantumkan huruf “V” dari kata “veterinarius” bersamaan dengan lambang kedokteran (ular melingkari tongkat) atau menggunakan centaur (manusia berbadan kuda sesuai mitos Yunani kuno) Sejarah Kata Veteriner ada beberapa versi ,salah satunya di zaman Romawi Kuno dikenal bangsa Etruscans yang sangat menyukai kuda dan sapi. Hal ini tampak dari gambar-gambar yang merupakan peninggalan kuno. Hewan pada masa itu mempunyai nilai sakral ataupun nilai martabat dan pada ritual-ritual khusus digunakan sebagai hewan kurban .</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Kumpulan hewan kurban yang terdiri dari kombinasi beberapa jenis hewan antara lain babi (sus) ,biri-biri (ovis) , sapi jantan (bull) disebut “souvetaurilia” dan pekerjanya disebut sou-vetaurinarii”, yang kemudian diyakini sebagai lahirnya istilah “veterinarius” .Kemungkinan dari terminology lain masih di masa Romawi,dikenal hewan beban sebagai “veterina” dan suatu kamp penyimpanan hewan-hewan tersebut disebut “veterinarium”. Term “veterinarii” juga digunakan pada dukumen kuno sebagai “orang yang memiliki kekebalan khusus” karena memiliki “kompetensi khusus”. Ciri – ciri pekerjaan profesi Kedokteran adalah:</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">1. Mengikuti pendidikan sesuai standar nasional<br />
2. Pekerjaaannya berlandaskan etik profesi.<br />
3. Mengutamakan panggilan kemanusiaan dari pada keuntungan<br />
4. Pekerjaannya legal melalui perizinan<br />
5. Anggota – anggotanya belajar sepanjang hayat.<br />
6. Anggota – anggotanya bergabung dalam sebuah organisasi profesi.</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span id="more-1969"></span></span><strong><span class="Apple-style-span" style="color: red;">SIAPA YANG MENGGUNAKAN DOKTER HEWAN?</span></strong><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
Pengguna jasa dokter hewan adalah pemilik hewan dimana kepemilikan hewan oleh manusia didasarkan pada beberapa hal:<br />
› Karena memiliki nilai ekonomi/ profit (hewan pangan/hewan produksi)<br />
› Karena nilai psikologis dan empati bagi pemilik perorangan (hewan hobby/ hewan kesayangan/companion animal)<br />
› Karena mempunyai fungsi pendukung khusus bagi negara (pengamanan dan penertiban) misalnya anjing pelacak dan kuda penertib dikeramaian (hewan pekerja milik negara).<br />
› Karena memiliki status khusus berdasarkan kesepakatan internasional sehingga merupakan satwa dilindungi (hewan/satwa konservasi)<br />
› Karena diperlukan untuk kemajuan penelitian ilmu kedokteran /pengetahuan lainnya (hewan laboratorium ).</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><strong><span class="Apple-style-span" style="color: red;">LAYANAN DOKTER HEWAN SEBAGAI BERIKUT :</span></strong><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
</span><strong><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">I. Berdasarkan Keahlian spesies :</span></strong><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
1.Menangani hewan pangan/farm animal<br />
2.Menangani hewan hobby/kesayangan/kepentingan khusus<br />
3.Menangani hewan liar/satwa liar termasuk untuk konservasi.<br />
4.Menangani hewan aquatik/air untuk pangan dan konservasi<br />
5.Menangani hewan laboratorium untuk ilmu kedokteran manusia dan ilmu pengetahuan lainnya.</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">I</span><strong><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">I.Kompetensi Layanan Medis Veteriner Terhadap Hewan</span></strong><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="color: blue;"> , terdiri atas 2 kategori :</span><br />
? Layanan medik untuk hewan secara kelompok (herd health), hal ini umumnya di peternakan-peternakan dan dinas-dinas pemerintah.<br />
?I Layanan medik untuk hewan secara individual (individual health), hal ini umumnya pada praktisi hewan kecil, di kebun binatang dan hewan hobi.</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><strong><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">III. Berdasarkan Keahlian Keilmuan</span></strong><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
Dalam bidang praktisi klinis terbagi atas praktisi hewan ternak dan praktisi spesies individu antara lain: Ahli Bedah, Ahli Mata, Ahli Reproduksi, Ahli Penyakit Dalam, Ahli Dermatologi, Ahli Pathologi Klinik, Ahli Nutrisi Klinik, Ahli Akupunktur Veteriner. Dalam bidang konsultan (non praktisi klinis) antara lain : Ahli Epidemiologi, Ahli Kesehatan Masyarakat Veteriner, Ahli Kesehatan Daging, Ahli Kesehatan Susu, Ahli Mikrobiologi, Ahli Virologi.</span></div>Aswar Efendi Lubishttp://www.blogger.com/profile/00207915249091372704noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1388752398279991802.post-84792065345990144552010-12-29T14:09:00.000-08:002010-12-29T14:09:47.601-08:00MASTITIS PADA TERNAK SAPI<span class="Apple-style-span" style="color: #2a2a2a; font-family: Arial, Verdana, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px;"></span><br />
<div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: #2a2a2a; font-family: Arial, Verdana, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px;"></span></div><h2 style="border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: dashed; border-top-width: 1px; font-size: 18px; font-weight: bold; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 10px; text-transform: uppercase;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">MASTITIS PADA TERNAK SAPI</span></span></h2><br />
<div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Sistem reproduksi sapi betina terdiri dari organ genital eksternal dan internal serta kelenjar mammae. Pemeriksaan organ genital eksternal dan kelenjar mammae dapat dilakukan secara visual dibantu dengan indera perabaan (tactile senses), sedangkan pemeriksaan terhadap organ genital internal hanya dapat dilakukan dengan teknik eksplorasi rektal. Pemeriksaan organ reproduksi di antaranya bertujuan untuk melakukan diagnosa penyakit tertentu yang dapat berpengaruh buruk terhadap kesehatan (reproduksi) hewan secara keseluruhan dan untuk mengetahui status kesehatan reproduksi hewan termasuk fungsi organ-organ reproduksi.</span></span><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span id="more-2648"></span><br />
Kebuntingan awal pada sapi dapat diketahui melalui palpasi yaitu ditemukannya suatu massa (embrio) yang membulat (spherical swelling) pada salah satu cornua uterus (pregnant horn of uterus). Embrio selanjutnya berkembang sehingga perbedaan ukuran antara pregnant horn dan non-pregnant horn dapat diketahui dengan jelas. Perbedaan itu berupa adanya peningkatan diameter pada pregnant horn dimana terdapat embrio yang akan berkembang menjadi fetus. Semakin lama umur kebuntingan, semakin besar pula diameter cornua uteri tersebut.</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Peningkatan ukuran cornua uteri dapat pula diakibatkan oleh adanya akumulasi cairan yang berasal dari proses patologis, misalnya kondisi pyometra pada kasus endometritis. Terkadang dapat ditemukan discharge purulen pada anterior vagina, namun hal ini bukan merupakan gejala yang konstan (not a constant feature). Endometritis akut pada sapi umumnya disebabkan oleh infeksi post partus. Pada kondisi lebih lanjut sapi yang ditemukan berbaring di tanah (recumbent) dapat dikelirukan dengan gejala hipokalsemia (parturient paresis). Disamping temuan discharge purulen, peradangan pada cervix (cervicitis) biasanya ditemukan pada kasus endometritis yang kronis. Endometritis terutama disebabkan oleh agen Corynebacterium pyogenes atau infeksi Trichmonas foetus. Untuk menentukan diagnosis secara spesifik tidak hanya berdasarkan pemeriksaan makro, tetapi diperlukan pemeriksaan mikroskopis, kultur agen pada media spesifik, dan pemeriksaan serologis.</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Dalam beberapa dekade terakhir, proses seleksi telah berhasil menghadirkan sapi perah dengan kriteria high milk yield dan ukuran kelenjar mammae (ambing) yang besar. Oleh karena ukuran ambing yang besar, ditambah lagi dengan posisi lumen puting ambing yang mengarah ke ventral menyebabkan ambing rentan terhadap paparan agen penyakit dan luka akibat trauma mekanis. Selain itu, proses pemerahan susu yang tidak lege artis juga merupakan faktor predisposisi infeksi agen penyakit. Sebagai konsekuensinya, kejadian mastitis pada sapi perah cukup tinggi.</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Berbagai perubahan pada ambing dapat diketahui melalui inspeksi (visual examination). Oedema dan kondisi mastitis yang menyebabkan pembengkakan ambing dapat dikenali melalui inspeksi, demikian pula dengan penyusutan ukuran ambing pada kasus atropi ambing akibat mastitis kronis serta adanya luka pada ambing atau puting. Inspeksi dilakukan dengan mengamati kedua kuartir belakang ambing dari posisi belakang sapi dengan mengangkat ekor sapi, sedangkan pengamatan terhadap kedua kuartir depan ambing dilakukan dari posisi samping/lateral hewan. Selanjutnya dibandingkan besar/ukuran tiap kuartir, termasuk kesimetrisan, serta posisi dan kondisi puting. Pada kasus mastitis, dapat diamati adanya disproporsi ukuran antar-kuartir ambing dan pembesaran/pembengkakan ambing. Metode pemeriksaan fisik selanjutnya adalah palpasi. Palpasi dilakukan dengan cara meraba/memegang ambing dan puting yang berguna untuk mengetahui adanya peningkatan suhu ambing (heat), perubahan konsistensi (swelling) serta ada tidaknya respon sakit (pain) pada ambing. Selain pemeriksaan fisik secara inspeksi dan palpasi, diperlukan pemeriksaan lanjutan berupa pemeriksaan mikroskopis, kimia, dan/atau kultur sampel air susu untuk peneguhan diagnosis mastitis. Kejadian mastitis semakin rentan terjadi pada sapi yang semakin tua (korelasi mastitis dan umur sapi) yang sangat terkait dengan semakin lemahnya fungsi otot spinchter pada orificium puting susu.</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Mastitis pada sapi disebabkan oleh infeksi berbagai agen mikroorganisme, di antaranya Streptococcus spp., Staphylococcus spp., Escherichia coli, Klebsiella spp., Corynebacterium spp., dan sebagainya</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">. Susu mastitis </span><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">secara makroskopis dapat diamati dari perubahan warna, bau dan konsistensi. Susu mastitis dapat berwarna merah karena adanya perdarahan akibat trauma pada puting atau berwarna putih mirip seperti warna serum. Konsistensi biasanya lebih encer dan terbentuknya gumpalan susu (clot) merupakan temuan yang bersifat khas pada susu mastitis.</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Sumber: drh. Gusti Muhammad Sofyan Noor (2006)</span></span></span></div>Aswar Efendi Lubishttp://www.blogger.com/profile/00207915249091372704noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1388752398279991802.post-72952156786732286322010-12-29T14:03:00.000-08:002010-12-29T14:03:22.484-08:00MANAJEMEN PEMELIHARAAN PADA SAPI PERAH<span class="Apple-style-span" style="color: #2a2a2a; font-family: Arial, Verdana, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px;"></span><br />
<div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;">MANAJEMEN PEMELIHARAAN</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">Untuk mendapatkan hasil yang optimal, pola pemeliharaan sapi potong harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :<br />
1. Penyiapan sarana dan peralatan tertutama perkandangan<br />
2. Pembibitan dan pemeliharaan bakalan/bibit<br />
3. Kesehatan dan sanitasi<br />
4. Manajemen pemberian makan<br />
5. administrasi serta perhitungan ekonomi</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><em><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">II.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan</span></em><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;">Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjaga agar ternak nyaman sehingga dapat mencapai produksi yang optimal, yaitu :</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">- Persyaratan secara umum :</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: red;">a. Ada sumber air atau sumur<br />
b. Ada gudang makanan atau rumput atau hijauan<br />
c. Jauh dari daerah hunian masyarakat<br />
d. Terdapat lahan untuk bangunan dengan luas yang memadai dan berventilasi</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">- Persyaratan secara khusus :</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: red;">a. Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5 x 2 m atau 2,5 x 2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8 x 2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5 x 1 m per ekor, dengan tinggi atas ± 2-2,5 m dari tanah.<br />
b. Ukuran bak pakan : panjang x lebar = bersih 60 x 50 cm<br />
c. Ukuran bak minum : panjang x lebar = bersih 40 x 50 cm<br />
d. Tinggi bak pakan dan minum bagian dalam 40 cm (tidak melebihi tinggi persendian siku sapi) dan bagian luar 80 cm<br />
e. Tinggi penghalang kepala sapi 100 cm dari lantai kandang<br />
f. Lantai jangan terlalu licin dan terlalu kasar serta dibuat miring (bedakan ± 3 cm). Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat.<br />
g. Selokan bagian dalam kandang untuk pembuangan kotoran, air kencing dan air bekas mandi sapi : Lebar (L) x Dalam selokan (D) = 35 x 15 cm<br />
h. Selokan bagian luar kandang untuk pembuangan bekas air cucian bak pakan dan minum : L x D = 10 x 15 cm<br />
i. Tinggi tiang kandang sekurang-kurangnya 200 cm dari lantai kandang<br />
j. Atap kandang dibuat dari genteng<br />
k. Letak kandang diusahakan lebih rendah dari sumber air dan lebih tinggi dari lokasi tanaman rumput. (Hasanudin, 1988). Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m). Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan<br />
kelembaban 75%.<br />
Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahan-bahan lainnya.</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><em><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">II.2 Pembibitan dan pemeliharaan bakalan/bibit</span></em><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Sapi perah yang cocok dipelihara di Indonesia adalah sapi Shorthorn (dari Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda) dan Yersey (dari selat Channel antara Inggris dan Perancis). Agar dapat memperoleh bibit sapi perah yang baik diperlukan adanya seleksi baik berdasarkan silsilah, bentuk luar atau antomis maupun berdasarkan jumlah produksi.</span> <span class="Apple-style-span" style="color: blue;">Ciri-ciri sapi perah betina yang baik:</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;">1. Kepala panjang , sempit, halus, sedikit kurus dan tidak banyak berotot<br />
2. Leher panjang dan lebarnya sedang, besarnya gelambir sedadang dan lipatan-lipatan kulit leher halus<br />
3. Pinggang pendek dan lebar<br />
4. Gumba, punggung dan pinggang merupakan garis lurus yang panjang<br />
5. Kaki kuat, tidak pincang dan jarak antara paha lebar<br />
6. Badan berbentuk segitiga, tidak terlalu gemuk dan tulang-tulang agak menonjol (BCS umumnya 2)<br />
7. Dada lebar dan tulang -tulang rusuk panjang serta luas<br />
8. Ambing besar, luas, memanjang kedepan kearah perut dan melebar sampai diantara paha. Kondisi ambing lunak, elastis dan diantara keempat kuartir terdapat jeda yang cukup lebar. Dan saat sehabis diperah ambing akan terlimpat dan kempis, sedangkam sebelum diperah gembung dan besar.<br />
9. Produksi susu tinggi,<br />
10. Umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak,<br />
11. Berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai keturunan produksi susu tinggi,<br />
12. Tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular, dan<br />
13. Tiap tahun beranak.</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><em><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">II. 3 Kesehatan</span></em><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Gangguan dan penyakit dapat mengenai ternak sehingga untuk membatasi kerugian ekonomi diperlukan control untuk menjaga kesehatan sapi menjadi sangat penting. Manjememen kesehatan yang baik sangat mempengaruhi kesehatan sapi perah. Gangguan kesehatan pada sapi perah terutama berupa gangguan klinis dan reproduksi. Gangguan reproduksi dapat berupa hipofungsi, retensi plasenta,kawin berulang, endometritis dan mastitis baik kilnis dan subklinis. Sedangkan gangguan klinis yang sering terjadi adalah gangguan metabolisme (ketosis, bloot, milk fever dan hipocalcemia), panaritium, enteritis, displasia abomasum dan pneumonia. Adanya gangguan penyakit pada sapi perah yang disertai dengan penurunan produksi dapat menyebabkan sapi dikeluarkan dari kandang atau culling. Culling pada suatu peternakan tidak boleh lebih dari 25, 3%.</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Salah satu parameter yang dapat digunakan untuk pemeliharaan sapi dengan melihat body condition scoring, nilai BCS yang ideal adalah 3,5 (skala 1-5). Jika BCS lebih dari 4 dapat menyebabkan gangguan setelah melahirkan seperti mastitis, retensi plasenta, distokia, ketosis dan panaritium. Sedangkan kondisi tubuh yang kurus menyebabkan produksi susumenurun dengan kadar lemak yang rendah. Selain itu faktor-faktor yang perlu diperhatikan didalam kesehatan sapi perah adalah lingkungan yang baik, pemerahan yang rutin dan peralatan pemerahan yang baik</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><em><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">II. 4 Manajemen pemberian makan</span></em><span class="Apple-style-span" style="color: blue;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Pakan sapi terdiri dari hijauan sebanyak 60% (Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja, daun jagung, daun ubi dan daun kacang-kacangan) dan konsentrat (40%). Umumnya pakan diberikan dua kali perhari pada pagi dan sore hari. Konsentrat diberikan sebelum pemerahan sedangkan rumput diberikan setelah pemerahan. . Hijauan diberikan siang hari setelah pemerahan sebanyak 30-50 kg/ekor/hari.</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Pemberian pakan pada sapi perah dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu system penggembalaan, system perkandangan atau intensif dan system kombinasi keduanya. Pemberian jumlah pakan berdasarkan periode sapi seperti anak sapi sampai sapi dara, periode bunting, periode kering kandang dan laktasi. Pada anak sapi pemberian konsentrat lebih tinggi daripada rumput. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari BB. Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum).</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1-2 kg/ekor/hari. Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badan perhari.Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang cukup dan berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian pakan secara intensif dikombinasikan dengan penggembalaan Di awal musim kemarau, setiap hari sapi digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah. Penggembalaan bertujuan pula untuk memberi kesempatan bergerak pada sapi guna memperkuat kakinya.</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><em>I<span class="Apple-style-span" style="color: blue;">I. 5 Administrasi serta perhitungan ekonomi</span></em><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Usaha ternak sapi perah di Indonesia masih konvensional dan belum mencapai usaha yang berorientasi ekonomi. Rendahnya tingkat produktivitas ternak tersebut lebih disebabkan oleh kurangnya modal, serta pengetahuan/ketrampilan petani yang mencakup aspek reproduksi, pemberian pakan, pengelolaan hasil pascapanen, penerapan sistem recording, pemerahan, sanitasi dan pencegahan penyakit. Sistem recording meliputi tanggal kelahiran, pencatatan asal usul sapi (pedigree), pencatatan reproduksi sapi seperti sapi kapan terakhir dikawinkan, terakhir melahirkan dan sapi yang terlambat kawin Selain itu pengetahuan petani mengenai</span> <span class="Apple-style-span" style="color: lime;">aspek tata niaga harus ditingkatkan sehingga keuntungan yang diperoleh sebanding dengan pemeliharaannya.</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><strong><span class="Apple-style-span" style="color: red;">KESIMPULAN DAN SARAN</span></strong><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Dalam upaya pelaksanaan program manajemen kesehatan sapi perah dari segi kesehatan kelompok memerlukan perhatian, seperti kualitas sumber daya manusia yang baik dan peningkatan program pelayanan kepada peternak.</span></div>Aswar Efendi Lubishttp://www.blogger.com/profile/00207915249091372704noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1388752398279991802.post-2452925479482331012010-12-29T13:52:00.000-08:002010-12-29T13:54:32.304-08:00DAMPAK AVIAN INFLUENZA TERHADAP INDUSTRI PERUNGGASAN DI INDONESIA<span class="Apple-style-span" style="color: #2a2a2a; font-family: Arial, Verdana, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px;"></span><br />
<div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Ditulis oleh:</span><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"> </span></span></span><em><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Drh. Suryatman Wahyudi</span></span><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"> (PNS di Pemda Kabupaten Lombok Timur)</span></span></em></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Wabah<span class="Apple-style-span" style="color: red;"> avian influenza (AI) </span>di Asia diawali dengan terjangkitnya peternakan unggas di China. Kemudian wabah AI menyebar dengan cepat ke negara-negara tetangga, Thailand, Vietnam, Malaysia, Philipina dan Indonesia (Ilham dan Yusdja, 2008).</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Munculnya wabah <span class="Apple-style-span" style="color: red;">virus high pathogenic avian influenza (HPAI) H5N1</span> sekitar bulan Agustus 2003 yang pertama kali ditemukan pada beberapa peternakan ayam ras komersial di Jawa Barat dan Jawa tengah. Kasus tersebut meluas ke berbagai daerah di Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Lampung, Bali, serta beberapa daerah di Sumatera dan Kalimantan. Pada tahun 2003, wilayah yang terjangkit penyakit tersebut mencakup 9 provinsi, yang terdiri dari 51 kabupaten/kota dan jumlah ayam/unggas yang mati mencapai 4,13 juta ekor. Pada tahun 2004, Departemen Pertanian pernah memperkirakan kerugian akibat wabah avian influenza berkisar antara 488 milyar rupiah sampai 7,7 trilyun rupiah (Asmara, 2007).</span></span><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><span id="more-2424"></span><br />
Jumlah kematian unggas akibat serangan virus AI sejak bulan Agustus 2003 sampai dengan November 2005 diperkirakan telah mencapai 10,45 juta ekor. Jumlah kematian unggas pada tahun 2005 cenderung menurun drastis dibandingkan dengan tahun 2003 maupun tahun 2004, walaupun daerah terserang cenderung meluas. Di tengah menurunnya kasus AI di peternakan unggas, kita dikejutkan dengan kejadian AI pada orang di Indonesia. Pada bulan Juli 2005, kasus AI pada manusia pertama di Indonesia dilaporkan di Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten walaupun sumber penularan tidak diketahui dengan pasti (Asmara, 2007). Data terakhir menyebutkan bahwa virus HPAI H5N1 dinyatakan endemik di 31 dari 33 provinsi kecuali Gorontalo dan Maluku Utara (Basuno, 2008; Susanti et al., 2008).</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Menurut laporan FAO tahun 2004, dampak AI pada sektor peternakan unggas adalah menurunnya permintaan DOC di daerah terinfeksi yaitu 57,9 persen untuk broiler dan 40,4 persen untuk layer. Produksi menurun 40,7 untuk broiler dan 52,6 persen untuk layer. Selain itu permintaan pakan turun 45 persen, sedangkan untuk lapangan kerja di daerah terinfeksi menurun 39,5 persen.</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Basuno (2008) menyatakan akibat dari wabah AI tersebut terjadi <span class="Apple-style-span" style="color: red;">penurunan produksi telur dan daging </span>30-40 persen. Beberapa perusahaan peternakan, khususnya perusahaan rakyat gulung tikar karena terjadinya permintaan telur dan daging. Dampak wabah AI dapat dilihat dari suplai DOC untuk broiler dan layer setelah bulan Oktober 2003. Suplai yang sebelumnya berfluktuasi secara normal, berubah menjadi menurun tajam sampai bulan Pebruari 2004. Meskipun pada bulan Maret sampai Juni 2004 suplai DOC mulai pulih kembali, namun suplainya tetap di bawah kondisi normal. Produksi DOC dalam negeri diperkirakan mengalami penurunan sebesar 9,6 persen untuk broiler dan 27,5 persen untuk layer. Kegiatan ekspor dan impor juga mengalami gangguan dengan terjadinya wabah AI. Pada tahun 2002 Indonesia mengimpor DOC broiler dan layer dalam kondisi normal. Setelah wabah tahun 2003, impor DOC broiler langsung dihentikan, tetapi impor telur tetas masih berlangsung. Pada tahun 2004 impor DOC maupun telur tetas telah dihentikan seluruhnya sehubungan dengan kebijakan pemerintah yang melarang impor bibit dari negara-negara yang tertular AI.</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Lebih lanjut dikemukakan bahwa selain itu, wabah AI mempengaruhi angka ekspor DOC tahun 2003 dan mengalami penurunan sekitar 30 persen dibandingkan angka ekspor tahun 2002. Hal ini disebabkan adanya penolakan dari negara-negara importer karena mewabahnya AI di Indonesia, sehingga pada tahun 2004 tidak ada ekspor lagi. Untuk broiler bahkan tahun 2003 sudah tidak ada ekspor lagi, kecuali telur tetas yang jumlahnya setara dengan 695 ribu ekor DOC. Wabah AI membawa kerugian cukup besar bagi pembibit, mengingat investasi untuk memproduksi DOC dengan tujuan ekspor dan pasar dalam negeri terpaksa menganggur.</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Dampak Avian Influenza Terhadap Peternakan Rakyat<br />
Dampak AI selain menimbulkan dampak pada sektor industri perunggasan besar, tetapi juga menyebabkan efek yang besar terhadap perkembangan peternakan unggas skala kecil atau peternakan rakyat terutama karena sebagian besar peternakan unggas merupakan peternakan kecil dan berada di pedesaan.</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Produsen unggas di Indonesia merupakan sektor yang didominasi oleh industri rumah tangga berskala kecil. Penurunan permintaan daging unggas memberikan dampak terhadap penerimaan rumah tangga tersebut. Hal ini menjadi alasan untuk menekan pemerintah untuk mengambil tindakan menurunkan potensi kerugian atau memberikan kompensasi di level peternak. Namun demikian, kompensasi tersebut ternyata belum mampu menutup kerugian (minimal menutup biaya produksi) yang diderita peternak. Kendala keterbatasan anggaran negara seringkali menjadi kendala bagi pemerintah untuk mengantisipasi merebaknya AI (Oktaviani et al., 2008).</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">FAO mengklasifikasikan wabah AI terutama terjadi pada sektor 3 dan 4. Sektor 3 berperan besar terhadap produksi telur dan daging yakni sekitar 60 persen dari total produksi. Selain itu sektor 3 juga menyediakan kesempatan kerja yang berarti di pedesaan. Sedangkan peternakan sektor 4 merupakan lapangan usaha yang umum terdapat di pedesaan dan wilayah sub urban. Mereka memelihara ayam buras, itik, merpati dan puyuh sebagai bagian dari pendapatan rumah tangga. Pada umumnya usaha pada sektor ini merupakan usaha sambilan, namun memberikan sumbangan pendapatan yang tergolong penting bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah (FAO, 2004). Dengan demikian, wabah AI jelas memberikan dampak sosial ekonomi yang sangat besar pada sektor 3 dan 4 ini (Ilham dan Yusdja, 2008).</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Peternak pada sektor 3 umumnya mempunyai 2 sistem produksi yaitu peternak mandiri dan peternak bermitra. Peternak bermitra terdiri atas dua bentuk yakni bermitra dengan perusahaan komersial dan bermitra dengan pemilik modal. Peternak mandiri mempunyai kebebasan dalam membuat keputusan pembiayaan dan pemasaran hasil. Peternak yang bermitra dengan perusahaan komersial dan dengan pemilik modal mempunyai ketergantungan pada pelayanan input dan produksi perusahaan komersial dan pemilik modal, karena itu harus memenuhi semua peraturan yang dikembangkan dalam kemitraan tersebut.</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Wabah AI yang terjadi pada sektor 4 memberikan dampak yang luas karena mencakup para pelaku yang berhubungan dengan sektor ini, antara lain peternak, pedagang dalam berbagai level, termasuk perusahaan pemotongan ayam. Dalam bentuk kemitraan, peternak dalam pengadaan input sangat tergantung pada pelayanan yang tersedia di sekitar lokasi. Pelayanan input ini dilakukan para pengusaha penjualan input seperti poultry shop (Ilham dan Yusdja, 2008).</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Kajian terhadap dampak AI pada usaha peternakan rakyat memperlihatkan bahwa diantara usaha peternakan rakyat yang paling menderita akibat AI adalah usaha ayam petelur baik yang terintegrasi maupun yang mandiri. Peternakan ayam petelur ternyata lebih rentan terhadap wabah AI dibandingkan dengan ayam broiler. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu (1) siklus pemeliharaan layer membutuhkan waktu relatif panjang yakni 18 bulan, (2) ayam petelur dipelihara dengan sebaran umur yang berlainan, (3) biosekuriti pada ayam petelur relatif lebih komplek dan mahal dibandingkan dengan ayam broiler (Yusdja et al, 2004).</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Lebih jauh diungkapkan Yusdja et al. (2004) bahwa kerugian akibat wabah AI dapat bersifat langsung berupa kematian dan dampak tidak langsung akibat dari penurunan konsumsi hasil ternak yang mendorong penurunan harga-harga hasil ternak. Nilai kerugian akibat dampak langsung berupa kematian tergantung jenis perusahaannya. Misalnya, untuk usaha ayam broiler pada perusahaan komersial mandiri dan komersial terintegrasi, kerugiannya masing-masing Rp. 10.280/ekor dan Rp. 7.942/ekor. Pada perusahaan ayam petelur, kerugiannya relatif lebih tinggi. Misalnya pada perusahaan komersial mandiri dan komersial terintegrasi, kerugiannya masing-masing Rp. 23.297/ekor dan Rp. 15.364/ekor. Kalau dampak tidak langsung juga diperhitungkan maka kerugiannya adalah Rp. 66.000/ekor dan Rp. 63.080/ekor untuk perusahaan komersial mandiri dan komersial terintegrasi.</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Kerugian akibat wabah AI pada sektor 3 dan 4 terutama disebabkan karena usaha peternakan ini berperan sangat penting dalam struktur pendapatan keluarga. Dampak wabah AI menyebabkan penurunan sumbanagan usaha ternak unggas terhadap pendapatan keluarga, khususnya bagi peternak kecil yaitu sebesar 10 persen. Akibatnya terjadi penurunan pengeluaran keluarga sekitar 20 persen bagi peternak kecil (Basuno, 2008)</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">.</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Bahan Bacaan:</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Asmara, W. 2007. Peran Biologi Molekuler Dalam Pengendalian Avian Influenza dan Flu Burung. http://www.komnasfbpi.go.id/files/naskah pidato-Guru Besar UGM_Widya_Asmara.pdf. [20Januari 2009]<br />
Basuno, E. 2008. Review Dampak Wabah dan Kebijakan Pengendalian Avian Influenza di Indonesia. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Bogor. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian Volume 6 No. 4.<br />
Ilham, N., dan Yusdja, Y. 2008. Dampak Flu Burung Terhadap Kesejahteraan Peternak Skala Kecil di Indonesia. http://peternakan.litbang.deptan.go.id. [19 Januari 2009].<br />
Oktaviani, R., Sahara., Puspitawati, E., 2008. Dampak Merebaknya Flu Burung Terhadap Ekonomi Makro Indonesia: Suatu Pendekatan CGE. Depertemen Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.<br />
Susanti, R., R. Soejoedono., I.G.N.K. Mahardika., I.W.T. Wibawan., dan M.T. Suhartono. 2007. Potensi Unggas Air Sebagai Reservoir Virus High Pathogenic Avian Influenza subtipe H5N1. http://peternakan.litbang.deptan.go.id/publikasi/jitv/jitv 122-11.pdf. [19 Januari 2008].<br />
Yusdja, Y., E. Basuno., I.W. Rusastra., M. Ariani., Suharsono., dan P. Situmorang. 2004. Penelitian Dampak Kasus Avian Influenza Terhadap Sistem Produk Unggas di Indonesia dengan Fokus Utama Peternak Kecil Mandiri. Kerjasama Antara Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dengan Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan dan FAO-RAP Bangkok-TCP/RAS/3010.</span></span></span></div>Aswar Efendi Lubishttp://www.blogger.com/profile/00207915249091372704noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1388752398279991802.post-45687333508185536222010-12-29T13:47:00.000-08:002010-12-29T13:47:47.096-08:00PERKEMBANGAN TELUR AYAM HINGGA MENETAS<span class="Apple-style-span" style="color: #2a2a2a; font-family: Arial, Verdana, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px;"></span><br />
<div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Ada baiknya sebagai insan dunia veteriner, kita semakin memahami tentang bagaimana perkembangan telur ayam dari hari ke hari hingga ayam menetas.</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Masa pengeraman selama 21 hari merupakan masa yang sangat kritis untuk menentukan kelahiran seekor anak ayam. Embrio di dalam telur ini tumbuhsecara luar biasa setiap harinya sampai akhirnya menetas menjadi anak ayam.</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Secara garis besar, dari berbagai literatur menyampaikan perkembangan embrio selama 21 hari pengeraman sampai akhirnya jadi anak ayam yang mungil </span></span><em><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">(DOC atau Day Old Chicken)</span></span></em><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"> prosesnya sebagai berikut:</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;">Pada hari ke-1</span> sejumlah proses pembentukan sel permulaan mulai terjadi. Sel permulaanuntuk sistem pencernaan mulai terbentuk pada jam ke-18. pada jam-jamberikutnya, secara berturut-turut sampai dengan jam ke-24, mulai jugaterbentuk sel permulaan untuk jaringan otak, sel permulaan untuk jaringantulang belakang, formasi hubungan antara jaringan otak dan jaringan syaraf,formasi bagian kepala, sel permulaan untuk darah, dan formasi awal syarafmata.</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;">Pada hari ke-2</span> embrio mulai bergeser ke sisi kiri, dan saluran darah mulai terlihat padabagian kuning telur. Perkembangan sel dari jam ke-25 sampai jam ke-48secara berurutan adalah pembentukan formasi pembuluh darah halus danjantung, seluruh jaringan otak mulai terbentuk, selaput cairan mulai terlihat,dan mulai juga terbentuk formasi tenggorokan.</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;">Lalu pada hari ke-3</span> dimulainya pembentukan formasi hidung, sayap, kaki, dan jaringanpernafasan. Pada masa ini, selaput cairan juga sudah menutup seluruh bagianembrio.</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Selanjutnya pada <span class="Apple-style-span" style="color: red;">hari ke-4 </span>sel permulaan untuk lidah mulai terbentuk. Pada masa ini, embrio terpisahseluruhnya dari kuning telur dan berputar ke kiri. Sementara itu, jaringansaluran pernafasan terlihat mulai menembus selaput cairan.</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Kemudian pada<span class="Apple-style-span" style="color: red;"> hari ke-5</span> saluran pencernaan dan tembolok mulai terbentuk. Pada masa ini terbentukpula jaringan reproduksi. Karenanya sudah mulai dapat juga ditentukan jeniskelaminnya.</span></span><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span id="more-372"></span><br />
Lantas <span class="Apple-style-span" style="color: red;">hari ke-6</span> pembentukan paruh dimulai. Begitu juga dengan kaki dan sayap. Selain itu,embrio mulai melakukan gerakan-gerakan.</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Berikutnya <span class="Apple-style-span" style="color: red;">hari ke-7, ke-8, dan ke-9</span> jari kaki dan sayap terlihat mulai terbentuk. Selain itu, perut mulai menonjol karena jeroannya mulai berkembang. Pembentukan bulu juga dimulai. Pada masa-masa ini, embrio sudah seperti burung, dan mulutnya terlihat mulaimembuka.</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Ketika<span class="Apple-style-span" style="color: red;"> hari ke-10 dan ke-11</span> paruh mulai mengeras, jari-jari kaki sudah mulai sepenuhnya terpisah, danpori-pori kulit tubuh mulai tampak.</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Saat <span class="Apple-style-span" style="color: red;">hari ke-12</span>Jari-jari kaki sudah terbentuk sepenuhnya dan bulu pertama mulai muncul.</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;">Hari ke-13 dan ke-14</span> sisik dan kuku jari kaki mulai terbentuk. Tubuh pun sudah sepenuhnyaditumbuhi bulu. Pada <span class="Apple-style-span" style="color: red;">hari ke-14,</span> embrio berputar sehingga kepalanya tepatberada di bagian tumpulnya telur.</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Hari ke-15 jaringan usus mulai terbentuk di dalam badan embrio.</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Waktu <span class="Apple-style-span" style="color: red;">hari ke-16 dan ke-17</span> sisik kaki, kuku, dan paruh semakin mengeras. Tubuh embrio sudahsepenuhnya tertutupi bulu yang tumbuh. Putih telur sudah tidak ada lagi, dankuning telur meningkat fungsinya sebagai bahan makanan yang sangat pentingbagi embrio. Selain itu, paruh sudah mengarah ke rongga kantung udara, selaput cairan mulai berkurang, dan embrio mulai melakukan persiapan untukbernafas.</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Ketika <span class="Apple-style-span" style="color: red;">hari ke-18 dan ke-19 </span>pertumbuhan embrio sudah mendekati sempurna. Kuning telur mulai masukke dalam rongga perut melalui saluran tali pusat. Embrio juga semakin besarsehingga sudah memenuhi seluruh rongga telur kecuali rongga kantung udara.</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Kala <span class="Apple-style-span" style="color: red;">hari ke-20 </span>kuning telur sudah masuk sepenuhnya ke dalam tubuh embrio. Embrio yanghampir menjadi anak ayam ini menembus selaput cairan, dan mulai bernafasmenggunakan udara di kantung udara. Saluran pernafasan mulai berfungsi danbekerja sempurna.</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Akhirnya<span class="Apple-style-span" style="color: red;"> hari ke-21</span>Anak ayam menembus lapisan kulit telur dan menetas menjadi <span class="Apple-style-span" style="color: red;">DOC</span>.</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><em><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;">Sumber</span>: <span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: lime;">drh. Yonathan Rahardjo dan Berbagai </span></span><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: lime;">sumber</span></span></span></span></em></div>Aswar Efendi Lubishttp://www.blogger.com/profile/00207915249091372704noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1388752398279991802.post-15822283354373153342010-12-29T13:40:00.000-08:002010-12-29T13:40:00.641-08:00BRUCELLOSIS PADA TERNAK SAPI<span class="Apple-style-span" style="color: #2a2a2a; font-family: Arial, Verdana, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px;"></span><br />
<div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; font-family: Arial; white-space: pre;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"> BRUCELLOSIS PADA TERNAK SAPI</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><img alt="SAPI sakit_ilustrasi" height="400" src="http://duniaveteriner.com/wp-content/uploads/2009/07/s7305646-150x150.jpg" width="400" /></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Brucellosis adalah penyakit reproduksi menular ruminansia yang disebabkan oleh </span><span class="Apple-style-span" style="color: red;">kuman Brucella sp (Anonimus 1, 2004). </span><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Penyakit ini merupakan penyakit penting di Indonesia yang dapat</span><span class="Apple-style-span" style="color: red;"> menular ke manusia (zoonotik) (Anonimus 1, 2004).</span><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"> Brucellosis dilaporkan menyebar ke berbagai wilayah Indonesia sehingga menimbulkan kerugian ekonomis yang cukup besar bagi pengembangan peternakan akibat kematian dan kelemahan pedet, abortus, infertilitas, sterilitas, penurunan produksi susu dan tenaga kerja ternak, serta biaya pengobatan dan pemberantasan yang mahal (Anonimus 1, 2004).</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Brucella menyebabkan keguguran atau keluron pada umur kebuntingan tertentu (Soejodono, 1999). Di Indonesi penyakit ini disebut juga penyakit keluron menular atau Bang (Soejodono, 1999).Bakteri penyebabnya sampai saan ini telah diidentifikasikan sebagai 6 (enam) spesies yaiu Brucella melitensis, Brucella abortus, Brucella suis, Brucella neotomae, Brucella ovis, dan Brucella canis (Soejodono, 1999). .</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Infeksi Brucella sp. bersifat fakultatif intraseluler yang bersifat kronis (Anonimus 1, 2004). Pada ternak terinfeksi akan terbentuk reaksi tanggap kebal humoral secara persisten atau bertahan lama dengan terbentuknya antibodi di dalam serum (Anonimus 1, 2004). Antibodi tersebut dapat dideteksi dengan uji coba serologis seperti Rose Bengal Test (RBT) dan Complement Fixation Test (CFT) (Anonimus 1, 2004).</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Usaha pencegahan dan pengendalian terhadap Brucellosis sapi pada umumnya terfokus pada pemberantasan penyakit dengan mengendalikan populasi sapi bebas dari agen penyakit (Siregar, 2000). Oleh karena itu semua usaha Dinas Peternakan diarahkan pada mencegah berpindahnya dan menyebarnya agen penyakit serta mencegah penderita baru (Siregar, 2000). Pada prinsipnya vaksinasi sapi betina muda dengan vaksin inaktif (strain 19) perlu dilakukan pada wilayah dengan prevalensi Brucellosis tinggi, dengan tujuan sementara untuk menurunkan jumlah keguguran (Siregar, 2000).</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><strong><span class="Apple-style-span" style="color: red;">DIAGNOSA SEROLOGIS Brucella abortus</span></strong><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Pemeriksaan bakteriologis terhadap Brucellosis pada dasarnya dapat dilakukan (Siregar, 2000) . Hanya saja pemeriksaan tersebut sangat sulit dan relatif memakan waktu banyak (Siregar, 2000). Dengan demikian alternatif pemeriksaan secara serologis lebih mudah dilakukan, dengan memperhatikan ketelitian pengamatan dan interpretasi (Siregar, 2000).</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Uji serologis yang dapat dilakukan adalah menggunakan Rose Bengal Presipitation Test (RBT), Semen Agglutination Test (SAT), Complement Fixation Test (CFT) dan Enzyme-linked Immunosorbent assay (ELISA) (Siregar, 2000). Kendala dalam uji serologis ini adalah munculnya reaksi positif palsu, reaksi silang dengan antibodi yang ditimbulkan oleh bakteri lain seperti Yersinia enterocolitica, E. coli, Vibrio cholerae (Siregar, 2000).</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Penilaian uji serologis Brucellosis akan sulit dilakukan tanpa ada pengetahuan mengenai respon antibodinya (Anonimus 2, 2000). Antibodi adalah serum protein yang dihasilkan oleh sel limfosit sebagai respons terhadap infeksi atau vaksinasi (Anonimus 2, 2000). Pada hewan ruminansia, serum protein yang disebut immunoglobulin diklasifikasikan menjadi IgG1, IgG2, IgM dam IgA (Anonimus 2, 2000). Fungsi immunoglobulin adalah menginaktifkan dan meneleminasi antigen dengan jalan mengikatnya, sehingga mengakibatkan aglutinasi, antigen lebih peka terhadap fagositosis dan merupakan awal reaksi dari ikatan komplemen, sehingga menyebabkan sel menghancurkan diri (lysis) (Anonimus 2, 2000).</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Ditjen Bina Produksi Peternakan menetapkan bahwa , semua CFT sebagai uji serologis akhir untuk menetapkan ternak menderita Brucellosis dan hanya hasil negatif yang diperbolehkan dilalulintaskan (Siregar, 2000). Dalam melaksanakan uji tapis secara serologic MRT, RBT dan CFT dapat dilaksanakan (Siregar, 2000).</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span id="more-1831"></span><br />
Dalam menjalankan usaha pengendalian Brucellosis dilapangan dianjurkan beberapa pola sebagi berikut, yaitu : 1. Uji tapis yang dilaksanakn pada sapi-sapi yang diketahui gejala klinisnya, 2. Uji tapis yang dilaksanakn terutama pada sapi-sapi perah yang bernaung dibawah koperasi (Siregar, 2000).</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Pola satu ini diarahkan pada pengamatan gejala klinis :<br />
1. Untuk sapi betina yang diduga menderita Brucellosis karena :<br />
a. Sapi dara bunting pertama mengalami keguguran pada usia kebuntingan 5-7 bulan.<br />
b. Sapi betina dewasa produktif mengalami keguguran pada usia 5-7 bulan.<br />
c. Sapi betina dewasa pernah diketahui mengalami keguguran pada usia kebuntingan 5-7 bulan dan setelah dilakukan 3-4 kali inseminasi buatan belum bunting lagi.<br />
2. a. Sapi jantan dewasa terutama yang dipilih sebagi donor semen atau yang dipakai sebagai pejantan kawin alam.<br />
b. Sapi jantan lainnya pada kelompok ternak tertentu yang menderita orkiditis dan atau epididimitis.</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Uji MRT dengan menggunakan susu kelompok atau individu , secara teoritis dapat juga dilakukan pada sapi potong, namun hal tersebut sulit dilakukan karena susu induk pada umumnya untuk membesarkan anaknya (Siregar, 2000). Tetapi pada sapi perah lebih mudah karena berada di kandang dan biasa diperah (Siregar, 2000).</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">1. MRT dengan hasil uji negatif kemungkinan keguguran disebabkan oleh penyakit lain, kemudian uji ulang serologis harus dilakukan tiga bulan kemudian. Bila MRT positif dapat dilanjutkan dengan uji RBT.<br />
2. RBT negatif dapat pula disebabkan karena penyakit lain, pemeriksaan ulang setelah tiga bulan tetap harus dilaksanakan.<br />
3. Bila RBT positif , maka dilanjutkan dengan uji CFT.<br />
4. Bila CFT ternyata negatif, sapi tersebut dianggap bebas penyakit.<br />
5. Bila CFT positif, maka sapi tersebut dikeluarkan dari kandang/ kelompok sapi untuk dipotong. Kandang didisinfeksi sehingga mengurangi kemungkinan penularan pada sapi lainnya.</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Uji tapis pola 2 mungkin lebih sesuai untuk dilaksanakan pada sapi-sapi perah yang bernaung pada koperasi. Biasanya koperasi membagi dalam kelompok dan sub kelompok peternak. Pengelompokan bisa berdasar kedekatan beberapa kandang peternak atau menurut lokasi. Dimana produksi susu perhati tersebut digabung pengirimannya.</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">1. Milk Rink Test (MRT) dilakukan pada susu gabungan<br />
a. Hasil negatif dilanjutkan dengan pengambilan sample dari sub kelompok peternak sampai susu individu sapi dikandang. Hal tersebut dilakukan agar mendapatkan hasil yang akurat. Bila sampai pemeriksaan individu sapi MRT masih menghasilkan uji negatif, maka kelompok sapi-sapi pada kelompok peternak dianggap bebas dari Brucellosis. Untuk kelompok ini test dulangi setelah tiga bulan.<br />
b. Bila MRT positif, maka pemeriksaan dilakukan sampai ke sub kelompok peternak, susu sapi sekandang dan individu sapi.<br />
2. Semua sapi-sapi yang memberikan hasil positif dilanjutkan pemeriksannya dengan CFT. Sapi dengan hasil uji CFT negatf dianggap bebas Brucellosis, dan dipisahkan dari sapi yang positif, yang harus dikeluarkan dari kandang<br />
3. Sapi-sapi yang positif dilanjutkan pemeriksannya dengan CFT. Sapi dengan hasil uji CFT negatif dianggap bebas Brucellosis, dan dipisahkan dari sapi yang positif, yang harus dikeluarkan dari kandang.</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Pola 2 ini memerlukan biaya yang lebih tinggi dan waktu yang lama serta membutuhkan tenaga yang terampil dilapangan, tetapi dapat menghasilkan data prevalensi sesungguhnya, sehingga tindakan yang akan diambil lebih tepat (Siregar, 2000).</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><strong><span class="Apple-style-span" style="color: red;">INTERPRETASI UJI TAPIS SEROLOGIS</span></strong><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
Milk Ring Test (MRT) dapat dgunakan untuk uji tapis Brucellosis pada kelompok ternak maupun individu sapi (Siregar, 2000). Bila populasi sapi laktasi melebihi 1000 ekor, maka sensitivitas (Kemampuan suatu uji dalam mendeteksi hewan sakit secara tepat (Siregar, 2000). Rendahnya angka sensitivitas akan menghasilkan negatif palsu) uji MRT menjadi kurang peka (Siregar, 2000). Susu yang dipakai untuk keperluan uji, harus segar tidak boleh dibekukan atau homogenisasi, tetapi dapat disimpan pada suhu 40C selam 24 jam. Positif palsu dapat terjadi pada sapi yang baru divaksinasi, atau susu berasal dari kolostrum atau menderita mastitis.</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Rose Bengal Test (RBT) dianggap sangat sensitive terutama pada sapi yang telah divaksinasi. Oleh karena itu hasil uji positif harus dilanjutkandengan pemeriksaan uji Complement Fixation Test (CFT), yang dianggap paling sensitive terhadap Brucellosis (Siregar, 2000).</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Tujuan untuk melakukan suatu uji adalah agar mengetahui apakah seekor sapi menderita Brucellosis atau tidak, artinya kita ingin mengetahui data sapi yang sehat dan yang sakit sehingga dapat dipisahkan kelompok yang hasil ujinya serologis negatif (sehat) dengan kelompok hasil uji positif (sakit) dalam frekuensi-distribusi yang terpisah (Siregar, 2000). Namun dalam prakteknya, karena suatu uji serologis didasarkan pada penetapan empiris, maka disepakati harga ambang yang memisahkan positif dan negatif pada nilai titer tertentu, sehingga ada perbedaan pengamatan positif secara klinis dengan pegamatan titer positif secara serologis. Maka pengamatan klinis positif dan hasil serologis dapat menghasilkan sebagian positif dan sebagian lagi negatif (Siregar, 2000).</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Penentuan cutting point (nilai ambang) perlu berhati hati karena apabila posiif palsunya lebih banyak maka ini akan merugikan peternak (Siregar, 2000). Apabila negatif palsunya lebih banyak maka akan menghambat usaha pemberantasan Brucellosis (Siregar, 2000).<br />
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan adalah informasi mengenai gejala klinis, menetapkan populasi sapi dengan gejala klinis dugaan terhadap Brucellosis dan dugaan tidak menderita Brucellosis (Siregar, 2000).</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Negatif palsu dapat terjadi karena beberapa alas an (Anonimus 2, 2000):<br />
1. Pada masa inkubasi.<br />
2. Infeksi laten pada anak sapi, sapi dara dan sapi bunting.<br />
3. Segera sebelum dan setelah keguguran atau kelahiran, biasanya reaksi tertunda 2-4 minggu.<br />
4. Infeksi kronis.<br />
5. kesalahan petugas dalam pemberian label sample atau sample tertukar sewaktu pemeriksaan dilaboratorium.</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Positif palsu dapat terjadi karena beberapa alas an (Anonimus 2, 2000) :<br />
1. Adanya titer antibody yang persisten setelah vaksinasi dan ini sering terjadi dilapangan. Sebaiknya anak sapi yang divaksin S19 pada umur 3 dan 9 bulan sebaiknya tidak diambil sampelnya pada umur dibawah 20 bulan.<br />
2. Adanya reaksi silang (cross reaction) dengan bakteri lain seperti Yersinia enterocolitica serotipe IX dan beberapa species Salmonella dan Pasteurella.<br />
3. Beberapa hewan menghasilkan abnormal serum globulin yang dapat menimbulkan reaksi aglutinasi.<br />
4. Menggunakan alat suntik untuk vaksinasi S19 dengan vaksinasi lain atau untuk keperluan pengobatan. Alat suntik yang mengandung S19 sulit disterilkan pada kondisi lapangan.</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><strong><span class="Apple-style-span" style="color: red;">PEMUPUKAN</span></strong><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Evaluasi uji serologis juga dapat dilakukan dengan pemupukan (kultur) terhadap serum hewan atau jaringan yang memperlihatkan hasil uji serologi positif (Anonimus 2, 2000). Pada BPPH wilayah maros terhadap jumlah spesimen uji serologi positif yang menunjukkan hasil pemupukan kultur positif (Anonimus 2, 2000).<br />
Beberapa media yang dapat digunakan adalah (Madkour, 1989) :<br />
a. Serum dextrose Agar (SDA).<br />
b. Farrells Antibiotic Medium.<br />
c. Glycerol Dextrose Agar.<br />
d. Modified Brodie and Sintons liquid medium.<br />
e. Castaneda biphasic medium culture bottles.<br />
f. Modified vancomycin-colistimethate-nystatin (VCN) medium.<br />
g. Dye sensitive test media<br />
h. Dan lain-lain</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><strong><span class="Apple-style-span" style="color: red;">PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK</span></strong><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Swap dari vagina, plcenta, dan jaringan pada kejadian aborsi dapat di buat preparat ulas, kemudian di warnai dengan pewarnaan Stamp modifikasi Ziehl neelsen, Koster dan Macchiavello (Madkour, 1989). Brucella tidak akan terwarnai oleh asam lemah ataupun basa, dan muncul dengan warna merah atau oranye, sering dikelirukan dengan Chlamydia dan Coxiella burnettii (Madkour, 1989). FAT dapat dilakukan sebagai alternatif (Madkour, 1989)</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><strong><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">PEMERIKSAAN IN VIVO</span></strong><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
Brucella yang berasal dari susu dan material lain yang terkontaminasi dapat diinokulasikan intra muscular pada Hamster (Madkour, 1989). Hamster akan mati dalam 4-6 minggukemudian limpa, testis, epididimis dan limfoglandulanya di sub cultrure ke SDA (Madkour, 1989). Untuk Brucella canis yang diisolasi dari darah anjing dapat di inokulasikan pada telur berumur 6-8 hari (Madkour, 1989). Apabila embrionya telah mati, diambil hatinya kemudian di sub culturkan pada SDA (Madkour, 1989).</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><strong><span class="Apple-style-span" style="color: red;">ANTIGEN BRUCELLA ROSE BENGAL</span></strong><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
Antigen Brucella Rose Bengal adalah sediaan yang dibuat dari sel kuman Brucella abortus S19 yang diwarnai dengan pewarna Rose Bengal sehingga berwarna merah jambu (Anonimus 1, 2004). Uji Rose Bengal digunakan sebagai uji saring (screening test) dalam diagnosis serologis secara kuantitatif terhadap brucelosis (Anonimus 1, 2004). Apabila hasil pengujian menghasilkan reaksi positip maka dilanjutkan dengan uji ikatan komplemen (Complement Fixation Test CFT) untuk peneguhan diagnosis cara kualitatif (Anonimus 1, 2004).</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Uji RBT memiliki sensitivitas yang tinggi sehingga berguna untuk mendiagnosa penyakit brucellosis pada daerah dengan tingkat prevalensi yang rendah tetapi presentasi vaksinasi cukup tinggi (Anonimus 1, 2004). Uji RBT dapat mendeteksi antibodi yang terbatas pada IgG terhadap B.abortus yang spesifitasnya sangat tergantung pada pH media yang digunakan (Anonimus 1, 2004).</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><strong><span class="Apple-style-span" style="color: red;">KOMPOSISI</span></strong><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
Antigen Rose Bengal dibuat dari biakan B.abortus S19 yang diperbanyak dalam media trypticase soy agar (Anonimus 1, 2004).<br />
Suspensi kuman ditetapkan pada konsentrasi 8% dalam larutan penyangga asam (pH 3,57) (Anonimus 1, 2004). Keasaman pH untuk mencegah aglutinasi antibodi non spesifik (IgM) (Anonimus 1, 2004).<br />
Suspensi kuman diwarnai dengan pewarna Rose Bengal sehingga berwarna merah jambu (Anonimus 1, 2004).<br />
Disimpan pada suhu 40-80 C agar dapat bertahan lama (Anonimus 1, 2004).<br />
Sebanyak 0,025 ml sampel serum dimasukkan ke dalam setiap lubang cawan mikro.<br />
Tambahkan 0,025 ml antigen Rose Bengal (Anonimus 1, 2004).<br />
Aduk larutan tersebut dengan cara menggoyangkan cawan mikro selama 4 menit.<br />
Baca reaksi di atas lampu neon yang terang (Anonimus 1, 2004).</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><strong><span class="Apple-style-span" style="color: red;">PEMBACAAN HASI</span></strong><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;">L</span><br />
Positip (+) apabila terjadi aglutinasi sempurna (Anonimus 1, 2004).<br />
Meragukan (+) bila aglutinasi tidak sempurna (Anonimus 1, 2004).<br />
Negatip (-) bila tidak terjadi aglutinasi sama sekali (Anonimus 1, 2004).</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><strong><span class="Apple-style-span" style="color: red;">COMPLEMENT FIXATION TEST</span></strong><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
Umumnya mendeteksi IgG1, juga sedikit IgM (Anonimus 2, 2000). Reaksi positif tidak dapat membedakan antara hewan yang divaksin dengan infeksi alam (Anonimus 2, 2000).</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><strong><span class="Apple-style-span" style="color: red;">ELISA</span></strong><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
Lebih sensitive dibandingkan dengan CFT (Anonimus 2, 2000). Secara umum uji ini mengatasi masalah prozone, karena IgG1 menghambat IgG2 (Anonimus 2, 2000). Menghindari reaksi anti komplimentari yang sering timbul pada CFT (Anonimus 2, 2000).</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><strong><span class="Apple-style-span" style="color: red;">RESPON ANTIBODI TERHADAP Brucella abortus</span></strong><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
Produksi antibody setelah infeksi dipengaruhi oleh status fisiologi hewan, umur dan lain-lain (Anonimus 2, 2000). Respon antibody yang diperoleh adalah (Anonimus 2, 2000) :<br />
1. Infeksi alam<br />
IgM pertama kali diproduksi beberapa hari dan mencapai puncaknya kira-kira 2 minggu setelah infeksi. Pada saat itu juga IgG1 dan IgG2 mulai timbul dan mencapai puncaknya kira-kira 1 bulan.<br />
2. Vaksinasi S19<br />
Jumlah IgM yang diproduksi lebih besar daripada infeksi alam, sedangkan IgG lebih rendah dan umumnya adalah IgG1</span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><strong><span class="Apple-style-span" style="color: red;">Daftar Pustaka</span></strong></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><em><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: blue;">Alton GG, Jones LM, Angus RD, and Verger JM. 1991. Techniques for the Brucellosis Laboratory. Institut National De La Recherche Agronomique. Paris</span></span></em></div><em><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: blue;">Anonimus 1. 2004. http://iniansredef.org/products.htm</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: blue;">Anonimus 2. 2000. Pedoman Surveilans dan Monitoring Brucellosis pada sapi dan kerbau. Direktorat Kesehatan Hewan. Direktorat Jenderal Produksi Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: blue;">Madkour MM. 1989. Brucellosis. Butterworths. London</span></span></div><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: blue;">Siregar EA. 2000. endekatan Epidemilogik Pengendalian brucellosis Untuk Meningkatkan Populasi Sapi di Indonesia. Bogor</span></span></div></em><div style="margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 15px;"><em><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: blue;">Soejodono RR. 1999. Zoonosis. Laboratorium Kesmavet FKH-IPB. Bogor</span></span></em></div>Aswar Efendi Lubishttp://www.blogger.com/profile/00207915249091372704noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1388752398279991802.post-18461465307122279172010-12-29T13:28:00.000-08:002010-12-29T13:28:01.724-08:00PENAMPUNGAN SEMEN<span class="Apple-style-span" style="color: blue;">Penyiapan Vagina Tiruan</span><br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: red;">1.</span> <span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Masukkan selongsong karet tipis (inner liner) ke dalam</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">selongsong ebonit. Lipat kedua ujung selongsong karet tipis ke</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">arah luar dan rekatkan pada batang selongsong ebonit. Ikat</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">pertautannya menggunakan karet pengikat.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: red;">2</span>.<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Masukkan air hangat (55o - 60o C) ke dalam vagina tiruan melalui</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">lubang yang tersedia. Pastikan bahwa volume air sudah</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">mencapai setengah volume vagina tiruan. Tutup lubang air pada</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">vagina tiruan dengan rapat.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: red;">3.</span><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Pompakan udara ke dalam vagina tiruan melalui kaatup yang</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">tersedia sehingga selongsong karet tipis mengembang dan kedua</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">permukaannya bertemu satu sama lain.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;">4.</span>Oleskan vaselin putih cair atau KY Jelly menggunakan batang</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">pengaduk sampai sepertiga panjang vagina tiruan.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;">5</span>.Ukur temperatur vagina tiruan menggunakan thermometer.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Temperatur vagina tiruan harus mencapai 41o – 44o C pada saat</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">penis ternak jantan memasukinya. Jadi perhitungkan penurunan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">suhu karena panas yang hilang akibat terserap oleh material</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">vagina tiruan dan lamanya waktu antara penyiapan vagina sampai</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">pelaksanaan penampungan.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;">6.</span>Pasang corong karet pada ujung vagina tiruan yang tidak diberi</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">pelicin.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;">7.</span>Pasang tabung penampung semen pada ujung corong karet.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Kuatkan pertautanya menggunakan pengikat karet.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;">8.</span>Lindungi tabung penampung dari benturan dan terpaan cahaya</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">matahari dengan jalan membungkusnya menggunakan bahan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">yang dapat menahaan benturan dan terpaan cahaya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: red;">9.</span><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Vagina tiruan siap untuk digunakan</span>Aswar Efendi Lubishttp://www.blogger.com/profile/00207915249091372704noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1388752398279991802.post-61879217992871264662010-12-29T13:16:00.000-08:002010-12-29T13:16:43.074-08:00PEMILIHAN PEJANTAN<span class="Apple-style-span" style="color: red;">PEMILIHAN PEJANTAN</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Ternak jantan yang akan dijadikan pejantan harus memenuhi persyaratan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">sebagai berikut :</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: blue;">a. Umur</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: blue;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Umur ternak yang akan dijadikan sumber semen harus berumur sekurang</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">kurangnya 1,5 tahun, karena pada umumnya ternak jantan pada tingkat umur</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">tersebut sudah melewati masa dewasa kelamin (pubertas) dan secara</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">seksual mereka sudah mampu menhasilkan sperma yang mampu membuagi</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">sel telur. Umur ternak jantan pada beberapa jenis ternak yang cukup untuk</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">dijadikan pejantan dapat dilihat pada tabel berikut ini.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: red;">Tabel 1. Umur beberapa jenis ternak jantan yang baik untuk dijadikan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: red;">pejantan</span><br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: red;">1 Sapi umur 21 - 24 bulan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: red;">2 Domba / Kambing umur12 - 15 bulan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: red;">3 Kerbau umur 24 - 30 bulan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: red;">4 Kelinci umur 9</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: red;">5 K u d a 21 - 24 bulan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: red;">6 Ayam umur 8 - 10 bulan</span><br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Umur ternak jantan tersebut dapat diketahui berdasarkan catatan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">kelahirannya. Apabila tidak ada catatan kelahiran dapat diduga berdasarkan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">penampilan geligi-nya. Cara penentuan umur berdasarkan penampilan geligi</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">dapat dipelajari pada bidang ilmu tilik ternak.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: blue;">b. Silsilah Keturunan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Silsilah keluarga atau silsilah keturunan ternak jantan yang akan dijadikan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">sumber semen diusahakan dapat ditelusuri. Ternak tersebut akan lebih baik</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">kalau merupakan keturunan dari induk dan jantan yang unggul sehingga ia</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">memiliki potensi genetik yang unggul pula.</span><br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: blue;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: blue;">c. Kondisi Badan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Ternak jantan yang akan dijadikan bibit harus memiliki kondisi badan yang</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">normal, tidak memiliki cacat tubuh (terutama bagian kaki) - baik cacat</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">bawaan atau cacat setelah lahir. Ukuran-ukuran tubuhnya (bobot badan,</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">tinggi badan, panjang badan) harus di atas rata-rata ternak jantan yang lain</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">dan proporsional dalam arti hubungan antara tinggi dan bobot badan harus</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">seimbang.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Ternak tersebut tidak boleh mengidap penyakit, terutama penyakit reproduksi</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">menular. Ternak yang sehat ditunjukkan oleh sorot mata yang jernih, posisi</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">daun telinga normal, gerak-geriknya lincah tetapi bersahabat dan memiliki</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">respon/ refleks yang baik ketika disentuh, bulu-bulunya tersusun rapi dan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">terlihat mengkilap.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: blue;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: blue;">d. Nafsu Seksual</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Nafsu seksual atau libido merupakan parameter penting dalam pemilihan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">calon pejantan dan libido tersebut memiliki kaitan yang erat dengan produksi</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">semen dan kesuburan. Selain itu, nafsu seksual akan berpengaruh terhadap</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">kemudahan kerja pada saat dilakukan penampungan semen. Waktu yang</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">diperlukan untuk penampungan semen juga dapat dipersingkat.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Ternak jantan harus memiliki nafsu seksual yang bagus, dalam arti ketika</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">ber-hadapan dengan ternak betina ia harus menunjukan nafsu yang</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">menggebu. Nafsu seksual juga ditunjukkan oleh kemampuan pejantan untuk</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">melakukan per-kawinan berulang-ulang dalam kurun waktu tertentu. Cara</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">paling mudah untuk menguji nafsu seksual adalah mengukur waktu</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">reaksinya dengan jalan membiar-kan ternak tersebut mengawini ternak</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">betina lain setelah dikawinkan. Semakin pendek waktu antara dua</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">perkawinan yang berturut-turut, semakin baik nafsu seksual si jantan</span>Aswar Efendi Lubishttp://www.blogger.com/profile/00207915249091372704noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1388752398279991802.post-6388062059353634772010-12-29T13:01:00.000-08:002010-12-29T13:01:26.883-08:00INSEMINASI BUATAN (IB)<span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br />
</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">APAKAH INSEMENASI BUATAN ITU?</span></span></b></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Iriserninasi Buatan ( disingkat IB) atau Kawin Buatan atau lebih dikenal di kalangan petani peternak dengan istilah “Kawin Suntik” adalah cara terbaru untuk mengawinkan hewan betina.<br />
Sebagaimana diketahui bahwa proses kebuntingan/kelahiran seekor hewan betina didahului dengan proses bertemunya bibit jantan (spermatozoa) dengan sel telur betina ( ovum) yang selanjutnya menumbuhkan bakal anak. Dalam perkawinan secara alam, hewan jantan langsung menaiki sang betina dan menyemprotkan air maninya (yang mengandung sprematozoa) kedalam rahim betina. Dengan Inseminasi Buatan penyemprotan air mani ( semen) ini tidak dilaksanakan langsung oleh pejantannya akan tetapi dengan mempergunakan alat khusus.</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="color: blue;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">1. Penampungan air mani (semen):</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Sebelumnya sapi jantan yang telah terpilih dan khusus untuk di ambil semennya, dirangsang (teasing) dengan seekor sapi betina. Sapi jantan dibiarkan menaiki betina teaser, akan tetapi alat kelamin jantan (penis) ditahan jangan sampai masuk kealat kelamin betina (vagina). Sementara ini petugas telah menyiapkan alat penampung semen yang disebut vagina buatan (artificial vagina). Setelah jantannya cukup terangsang, pada saat yang tepat ( saat-saat penjantannya akan menyemprotkan air mani) alat kelamin penjantan dimasukkan dalam vagina buatan dan tertampunglah air mani yang mengandung jutaan spermatoz</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">oa.<br />
</span><span class="Apple-style-span" style="color: blue;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">2. Pengolahan semen beku (Frozen Semen):</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Semen yang tertampung dalam vagina buatan segera dibawa kekamar pemeriksaan untuk diperiksa apakah semen dapat diterima dan diproses.<br />
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi:<br />
- Keadaan warna ; dilihat secara macroscopis (dengan mata biasa); apakah terlihat seperti susu kental ( baik), agak jernih(sedang) atau bening dan ada kotoran (jelek).<br />
- Volume ( banyaknya); yang dapat diterima minimum 3 cc.<br />
- Motility (gerak gelombang) dan spermatozoa; dilihat dibawah microscope dengan warmer slide.<br />
<br />
3. Pengenceran dan pembekuan:<br />
Setelah pemeriksaan, semen dicairkan dengan bahan pengencer khusus (bahan pengecer terdiri dari : skin milk, glocose, glycerol, kuning telur, antibiotik dan aquadest). Pengenceran disesuaikan dengan konsentrasi Semen, sehingga dapat diperoleh setiap dosis 0,25 cc. Larutan mengandung sekitar 25.000.000 spermatozoa. Setiap cc. air mani mengandung sekitar 1.000.000 spermatozoa, sehingga rata-rata dapat diencerkan menjadi 40 dosis. Kalau setiap semprotan ( ejaculatie) pejantan banyaknya 6 cc; air mani, berarti dapat diolah menjadi 240 dosis yang dapat menginseminasi 240 ekor sapi betina. Setelah Semen dicairkan dengan dua tahap (primary diluent dan secondary diluent), setiap dosis (berisi 0,25 - 0,50 cc larutan) dimasukkan dalam straw-straw. Kemudian straw-straw yang telah berisi larutan Semen mi disusun diatas rak-rak dan dibekukan diatas permukaan liquid nitrogen (temperatur -120º C) selama 9 menit. Setelah itu straw dimasukkan ke dalam tempat khusus (stroge container) berisi liquid nitrogen dengan tempratur -196°C. Untuk pengiriman ke daerah-daerah yang memerlukan, dipergunakan contrainer-contrainer yang lebih kecil (transport container). Semen yang telah dibekukan dan disimpan dalam container berisi liquid nitrogen ini dapat bertahan bertahun-tahun.</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br />
</span><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://sites.google.com/site/iqra6236/peternakan-1/caramenampungsemensapi.JPG" imageanchor="1" style="color: #2288bb; margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-decoration: none;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><img border="0" height="218" src="http://sites.google.com/site/iqra6236/peternakan-1/caramenampungsemensapi.JPG" style="-webkit-background-clip: initial; -webkit-background-origin: initial; -webkit-box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.0976563) 1px 1px 5px; background-attachment: initial; background-color: white; background-image: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial; border-bottom-color: rgb(238, 238, 238); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-color: initial; border-left-color: rgb(238, 238, 238); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(238, 238, 238); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(238, 238, 238); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; border-width: initial; padding-bottom: 5px; padding-left: 5px; padding-right: 5px; padding-top: 5px; position: relative;" width="320" /></span></a></div><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">SENTRA INSEMINASI BUATAN LEMBANG.</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Sejak tahun 1976, kebutuhan Semen Beku (frozen semen) untuk lB di Indonesia tidak perlu mengimport lagi. Di Lembang - Bandung teiah dibangun laboratorium yang memproduksi Semen Beku lengkap dengan peralatan-peralatan yang mutakhir. Di Sentra Inseminasi Buatan Lembang ini dipelihara pula beberapa ekor sapi pejantan unggul jenis Luar Negeri seperti sapi Simmental, Herford, Brahman, Limousin, Fries Holland disamping jenis-jenis yang cukup dikenal seperti sapi Ongole, Bali. Ratusan ribu dosis Semen Beku dan bermacam-macam jenis sapi ini diproduksi setiap tahun dan disebarkan ke seluruh daerah yang memerlukan.</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">KAPAN DAN BAGAIMANA INSEMINASI BUATAN DILAKSANAKAN.</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Sebagaimana pada perkawinan secara alam, hewan betina hanya bersedia dikawini oleh penjantannya pada saat-saat tertentu yang disebut masa berahi. Pada saat itulah tersedia telur betina (ovum) yang telah masak yang siap ditunasi spermatozoa. Jangka waktu (siklus) setiap kali masa berahi untuk setiap jenis hewan berbeda-beda. Siklus masa berahi pada sapi antara 18 -24 hari atau rata-rata 21 hari. Perkawinan yang dilaksanakan diluar waktu masa berahi, tidak akan menghasilkan kebuntingan. Demikian pula pada pelaksanaan inseminasi buatan ; harus dilaksanakan pada saat hewan betina dalam masa berahi. Petani peternak harus benar-benar memperhatikan kapan ternaknya dalam keadaan masa berahi. Umumnya hewan betina akan mernperlihatkan tanda-tanda, bilamana masa berahinya tiba. Pada saat itulah lB dilaksanakan.</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Cara melaksanakannya secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut: </span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Pertama-tama sapi betina yang akan di lB disiapkan. Mungkin sapinya harus ditempatkan pada kandang khusus (kandang paksa), agar pada saat dipegang tidak dapat menghindar kekiri atau kekanan atau menendang. Alat kemaluan betina dibersihkan. Straw yang berisi Semen Beku dikeluarkan dan container dan sebentar direndam dalam mangkok berisi air, sehingga Semen menjadi cair kembali. Kemudian straw dimasukkan ke dalam alat penyemprot (Insemination gun atau pestolet). Ujung straw yang tertutup dipotong.<br />
Sementara itu dengan tangan kiri dimasukkan dalam saluran kotoran sapi (anus). Bilamana kotorannya banyak, dikeluarkan lebih dahulu agar tangan dapat dengan bebas masuk hingga dapat meraba leher rahim (servix) dimana ujung alat penyemprot yang dengan tangan kanan di masukkan hati-hati ke lobang kemaluan sapi betina, akan memasuki rahim lewat leher rahim. Pada saat itulah Semen yang mengandung spermatozoa disemprotkan. Walaupun nampaknya sederhana sekali, akan tetapi untuk melaksanakannya harus dikerjakan oleh tenaga-tenaga yang telah terlatih dan berpengalaman.</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br />
</span><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://sites.google.com/site/iqra6236/peternakan-1/menyemprotkankembalisemen.JPG" imageanchor="1" style="color: #2288bb; margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-decoration: none;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><img border="0" height="280" src="http://sites.google.com/site/iqra6236/peternakan-1/menyemprotkankembalisemen.JPG" style="-webkit-background-clip: initial; -webkit-background-origin: initial; -webkit-box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.09375) 1px 1px 5px; background-attachment: initial; background-color: white; background-image: initial; background-repeat: initial; border-bottom-color: rgb(238, 238, 238); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-color: initial; border-left-color: rgb(238, 238, 238); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(238, 238, 238); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(238, 238, 238); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; border-width: initial; padding-bottom: 5px; padding-left: 5px; padding-right: 5px; padding-top: 5px; position: relative;" width="400" /></span></a></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">TANDA-TANDA SAPI JANTAN YANG SEDANG BERAHI :</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">- Tid</span></span><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">ak tenang, gelisah dan suka menguak-nguak(melenguh-lenguh).<br />
- Nafsu makan berkurang.<br />
- Alat kemaluannya bengkak, merah dan mengeluarkan lendir bening tidak berwarna.<br />
- Apabila digembalakan suka mengejar-ngejar, sapi-sapi betina yang lain dan berusaha menaikinya.</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">PATOKAN SAAT MENGAWINKAN SAPI.</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">- Tanda tanda berahi sapi diketahui sekitar jam 4.00 - 12.00 pagi hari, harus dikawinkan pada sekitar jam .12.00 - 18.00 hari itu juga.<br />
- Tanda - tanda berahi diketahui sekitar jam 12.00 - 18.00 sore, harus dikawinkan selambat-lambatnya jam 10.00 pada pagi esok harinya.<br />
-Tanda-tanda berahi diketahui sekitar jam 18.00 - 24.00 harus dikawinkan selambat-larnbatnya jam 10.00 pada pagi esok harinya.<br />
-Khusus pada sapi jenis Ongole harus secepat mungkin dikawinkan setelah terlihat tanda-tanda berahi karena berahi pada sapi jenis Ongole sangat singkat, hanya sekitar 7 - 8 jam saja.</span></span></div>Aswar Efendi Lubishttp://www.blogger.com/profile/00207915249091372704noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1388752398279991802.post-74406868927278322402010-12-29T12:55:00.000-08:002010-12-29T13:04:56.881-08:00Tujuan, Keuntungan dan Kerugian Insemiasi Buatan<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;"></span><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 18px; margin-bottom: 0.7em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><b style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Tujuan, Keuntungan dan Kerugian Insemiasi Buatan</span></span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span style="color: blue; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"></span></span></div><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; text-indent: 45pt;"><span style="color: blue; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Y<span class="Apple-style-span" style="color: lime;">ang dimaksud dengan Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani (spermatozoa atau semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut ‘</span></span><i style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">insemination gun</span></span></i><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">‘.</span></span></span></div><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Tujuan Inseminasi Buatan</span></span></span></div><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.5in; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">a)</span></span></span><span style="font-size: 7pt; line-height: 13px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"> </span></span></span><span style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Memperbaiki mutu genetika ternak;</span></span></span></div><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.5in; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">b)</span></span></span><span style="font-size: 7pt; line-height: 13px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"> </span></span></span><span style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ketempat yang dibutuhkan sehingga mengurangi biaya ;</span></span></span></div><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.5in; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">c)</span></span></span><span style="font-size: 7pt; line-height: 13px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"> </span></span></span><span style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu yang lebih lama;</span></span></span></div><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.5in; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">d)</span></span></span><span style="font-size: 7pt; line-height: 13px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"> </span></span></span><span style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur;</span></span></span></div><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.5in; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">e)</span></span></span><span style="font-size: 7pt; line-height: 13px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"> </span></span></span><span style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Mencegah penularan / penyebaran penyakit kelamin.</span></span></span></div><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Keuntungan IB</span></span></span></div><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.5in; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">a)</span></span></span><span style="font-size: 7pt; line-height: 13px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"> </span></span></span><span style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan;</span></span></span></div><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.5in; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">b)</span></span></span><span style="font-size: 7pt; line-height: 13px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"> </span></span></span><span style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik;</span></span></span></div><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.5in; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">c)</span></span></span><span style="font-size: 7pt; line-height: 13px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"> </span></span></span><span style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (</span></span><i style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">inbreeding</span></span></i><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">);</span></span></span></div><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.5in; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">d)</span></span></span><span style="font-size: 7pt; line-height: 13px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"> </span></span></span><span style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Dengan peralatan dan teknologi yang baik spermatozoa dapat simpan dalam jangka waktu yang lama;</span></span></span></div><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.5in; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">e)</span></span></span><span style="font-size: 7pt; line-height: 13px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"> </span></span></span><span style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun pejantan telah mati;</span></span></span></div><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.5in; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">f)</span></span></span><span style="font-size: 7pt; line-height: 13px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"> </span></span></span><span style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Menghindari kecelakaan yang sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik pejantan terlalu besar;</span></span></span></div><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 35.7pt; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; text-indent: -17.85pt;"><span style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">g)</span></span></span><span style="font-size: 7pt; line-height: 13px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"> </span></span></span><span style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang ditularkan dengan hubungan kelamin.</span></span></span></div><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Kerugian IB</span></span></span></div><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.5in; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">a)</span></span></span><span style="font-size: 7pt; line-height: 13px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"> </span></span></span><span style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Apabila identifikasi birahi (estrus) dan waktu pelaksanaan IB tidak tepat maka tidak akan terjadi terjadi kebuntingan;</span></span></span></div><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.5in; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">b)</span></span></span><span style="font-size: 7pt; line-height: 13px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"> </span></span></span><span style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Akan terjadi kesulitan kelahiran (distokia), apabila semen beku yang digunakan berasal dari pejantan dengan breed / turunan yang besar dan diinseminasikan pada sapi betina keturunan / breed kecil;</span></span></span></div><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.5in; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">c)</span></span></span><span style="font-size: 7pt; line-height: 13px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"> </span></span></span><span style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Bisa terjadi kawin sedarah (</span></span><i style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">inbreeding</span></span></i><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">) apabila menggunakan semen beku dari pejantan yang sama dalam jangka waktu yang lama;</span></span></span></div><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.5in; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">d)</span></span></span><span style="font-size: 7pt; line-height: 13px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"> </span></span></span><span style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;">Dapat menyebabkan menurunnya sifat-sifat genetik yang jelek apabila pejantan donor tidak dipantau sifat genetiknya dengan baik (tidak melalui suatu progeny test).</span></span></span></div>Aswar Efendi Lubishttp://www.blogger.com/profile/00207915249091372704noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1388752398279991802.post-62590278892837626742010-12-25T13:33:00.000-08:002010-12-25T13:33:07.115-08:00Alat-alat Praktikum<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br />
</span><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2;"><span lang="IN"><b><span style="color: blue;"><a href="http://labkd.blog.ugm.ac.id/2008/11/25/pengenalan-alat-gelas/" title="Permanent Link to Pengenalan alat gelas"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Pengenalan alat </span></a><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">-alat lab kimia</span></span></b></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: blue;"><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br />
</span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Sebelum mulai melakukan praktikum di laboratorium, praktikan harus mengenal dan memahami cara penggunaan semua peralatan dasar yang biasa digunakan dalam laboratorium kimia serta menerapkan K3 di laboratorium. Berikut ini diuraikan beberapa peralatan yang akan digunakan pada Praktikum Kimia Dasar.</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"> </span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br />
</span><br />
<span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Gambar 1 menunjukkan contoh peralatan gelas laboratorium.</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://labkd.blog.ugm.ac.id/files/2008/11/alatgelaslab-by-iqmal.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><img border="0" height="204" src="http://labkd.blog.ugm.ac.id/files/2008/11/alatgelaslab-by-iqmal.jpg" width="320" /></span></span></a></div><span lang="IN"><a href="http://labkd.blog.ugm.ac.id/files/2008/11/alatgelaslab-by-iqmal.jpg"><span lang="EN-US" style="color: blue; text-decoration: none;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"></span></span></a></span><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br />
</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: center;"><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Gambar 1. Peralatan gelas sederhana untuk praktikum kimia</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br />
</span></b></span><br />
<b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">1.</span></span></span></b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"> </span></span></span><b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Labu Takar</span></span></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Digunakan untuk menakar volume zat kimia dalam bentuk cair pada proses preparasi larutan. Alat ini tersedia berbagai macam ukuran.</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><o:p></o:p></span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">2.</span></span></span></b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"> </span></span></span><b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Gelas Ukur</span></span></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Digunakan untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk cair. Alat ini mempunyai skala, tersedia bermacam-macam ukuran. Tidak boleh digunakan untuk mengukur larutan/pelarut dalam kondisi panas. Perhatikan meniscus pada saat pembacaan skala.</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><o:p></o:p></span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br />
</span></span></span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">3.</span></span></span></b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"> </span></span></span><b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Gelas Beker</span></span></span></b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Al</span></span><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">at ini bukan alat pengukur (walaupun terdapat skala, namun ralatnya cukup besar). Digunakan untuk tempat larutan dan dapat juga untuk memanaskan larutan kimia. Untuk menguapkan solven/pelarut atau untuk memekatkan.</span></span><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br />
</span></b></span><br />
<b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">4.</span></span></span></b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"> </span></span></span><b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Pengaduk Gelas</span></span></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Digunakan untuk mengaduk suatu campuran atau larutan kimia pada waktu melakukan reaksi kimia. </span></span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Digunakan juga untuk menolong pada waktu menuangkan/mendekantir cairan dalam proses penyaringan.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br />
</span></b></span><br />
<b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">5.</span></span></span></b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"> </span></span></span><b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Botol Pencuci</span></span></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Bahan terbuat dari plastic. Merupakan botol tempat akuades, yang digunakan untuk mencuci, atau membantu pada saat pengenceran.</span></span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br />
</span></span><br />
<span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="color: black;"><b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">6.</span></span></span></b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"> </span></span></span><b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Corong</span></span></span></b></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Biasanya terbuat dari gelas namun ada juga yang terbuat dari plastic. Digunakan untuk menolong pada saat memasukkan cairan ke dalam suatu wadah dengan mulut sempit, seperti : botol, labu ukur, buret dan sebagainya.</span></span><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br />
</span></b></span><br />
<b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">7.</span></span></span></b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"> </span></span></span><b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">dan 8. Erlenmeyer</span></span></span></b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Alat ini bukan alat pengukur, walaupun terdapat skala pada alat gelas tersebut (ralat cukup besar). Digunakan untuk tempat zat yang akan dititrasi. Kadang-kadang boleh juga digunakan untuk memanaskan larutan.</span></span><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br />
</span></b></span><br />
<b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"> 9. dan 10. Tabung Reaksi</span></span></span></b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"> Terbuat dari gelas. Dapat dipanaskan. Digunakan untuk mereaksikan zat zat kimia </span></span><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"> dalam jumlah sedikit.</span></span><b><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"> </span></span></b><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br />
</span></b></span><br />
<b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">11.</span></span></span></b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"> </span></span></span><b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Kuvet</span></span></span></b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Bentuk serupa dengan tabung reaksi, namun ukurannya lebih kecil. Digunakan sebagai tempat sample untuk analisis dengan spektrofotometer. Kuvet tidak boleh dipanaskan. Bahan dapat dari silika (quartz), polistirena atau polimetakrilat.</span></span><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br />
</span></b></span><br />
<b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">12.</span></span></span></b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"> </span></span></span><b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">dan 13. Rak Untuk tempat Tabung Reaksi</span></span></span></b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 36.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Rak terbuat dari kayu atau logam. Digunakan sebagai tempat meletakkan tabung reaksi.</span></span><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br />
</span></b></span><br />
<b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">14. Kaca Preparat</span></span></span></b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">15. Kawat Kasa</span></span></span></b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Terbuat dari bahan logam dan digunakan untuk alas saat memanaskan alat gelas </span></span><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">dengan alat pemanas/kompor listrik.</span></span><b><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"> </span></span></b><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br />
</span></b></span><br />
<b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">16. dan 22. Penjepit</span></span></span></b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 36.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Penjepit logam, digunakan untuk menjepit tabung reaksi pada saat pemanasan, atau untuk membantu mengambil kertas saring atau benda lain pada kondisi panas.</span></span><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br />
</span></b></span><br />
<b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">17. Spatula</span></span></span></b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 36.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Terbuat dari bahan logam dan digunakan untuk alat Bantu mengambil bahan padat atau kristal.</span></span><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br />
</span></b></span><br />
<b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">18. Kertas Lakmus</span></span></span></b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 36.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Merupakan indikator berbentuk kertas lembaran-lembaran kecil, berwarna merah dan biru. Indikator yang lain ada yang berbentuk cair missal indikator Phenolphtalein (PP), methyl orange (MO) dan sebagainya. Merupakan alat untuk mengukur atau mengetahui tingkat keasaman (pH) larutan.</span></span><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br />
</span></b></span><br />
<b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">19. Gelas Arloji</span></span></span></b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Terbuat dari gelas. Digunakan untuk tempat zat yang akan ditimbang.</span></span><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br />
</span></b></span><br />
<b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">20. Cawan Porselein</span></span></span></b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Alat ini digunakan untuk wadah suatu zat yang akan diuapkan dengan pemanasan.</span></span><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br />
</span></b></span><br />
<b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">21. Pipet Pasteur (Pipet Tetes)</span></span></span></b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Digunakan untuk mengambil bahan berbentuk larutan dalam jumlah yang kecil.</span></span><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br />
</span></b></span><br />
<b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">23 dan 24. Sikat</span></span></span></b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Sikat dipergunakan untuk membersihkan (mencuci) tabung.</span></span><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br />
</span></b></span><br />
<b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">25. Pipet Ukur</span></span></span></b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 36.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Adalah alat yang terbuat dari gelas, berbentuk seperti gambar di bawah ini. Pipet ini memiliki skala. Digunakan untuk mengambil larutan dengan volume tertentu. Gunakan propipet atau pipet pump untuk menyedot larutan, jangan dihisap dengan mulut.</span></span><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br />
</span></b></span><br />
<b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">26. Pipet Gondok</span></span></span></b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 36.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Pipet ini berbentuk seperti dibawah ini. Digunkan untuk mengambil larutan dengan volume tepat sesuai dengan label yang tertera pada bagian yang menggelembung (gondok) pada bagian tengah pipet. Gunakan propipet atau pipet pump untuk menyedot larutan.</span></span><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><br />
</span></span></b><br />
<b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">27. Buret</span></span></span></b><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 36.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span lang="IN"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;">Terbuat dari gelas. Mempunyai skala dank ran. Digunakan untuk melakukan titrasi. Zat yang digunakan untuk menitrasi (titran) ditempatkan dalam buret, dan dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui kran. Volume dari zat yang dipakai dapat dilihat pada skala.</span></span><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace;"><o:p></o:p></span></span></span></div><blockquote></blockquote>Aswar Efendi Lubishttp://www.blogger.com/profile/00207915249091372704noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1388752398279991802.post-44941818943848362762010-12-24T12:38:00.000-08:002010-12-24T12:45:22.233-08:00MAKALAH BIOLOGI TENTANG INSEMINASI PADA SAPI<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> BAB I</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">DAHUPENLUAN</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: blue;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">1.1 Latar Belakang Penelitian</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ditinjau dari banyaknya pengimporan ternak unggul yang terjadi di negara kita. Hal tersebut dipicu dari kurangnya tenaga ahli dalam bidang tersebut, dan juga kurangnya lapangan kerja yang ada. Dengan adanya Balai Inseminasi Buatan (BIB) ini berarti membantu negara meringankan dalam hal pengimporan ternak unggul. Disamping itu juga Balai Inseminasi Buatan (BIB) juga memproduksi semen beku, benih unggul, ternak unggul. Selain itu juga Balai ini memberikan pendapatan untuk negara.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Oleh karena itu, penulis mencoba meneliti Balai Inseminasi Buatan (BIB) ini agar penulis bisa mengetahui dengan pasti cara-cara memproduksi sapi-sapi yang unggul.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: blue;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">1.2 Rumusan dan Pembatasan Masalah</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: magenta;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">1.2.1 Rumusan Masalah</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">1. Apakah yang dimaksud Inseminasi Buatan ?</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">2. Bagaimana cara memproduksi semen beku ?</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">3. Apa saja jenis sapi yang ada di Balai Inseminasi Buatan ?</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: magenta;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">1.2.2 Pembatasan Masalah</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dalam pembuatan karya tulis ini, penulis membatasi penulisan pada :</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">1. Inseminasi Buatan</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">2. Cara memproduksi semen beku</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">3. Jenis-jenis sap</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">i</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: blue;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">1.3 Tujuan Penelitian</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tujuan penulis melaksanakan penelitian yaitu :</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">1. Agar lebih memahami cara reproduksi sapi di Balai Inseminasi Buatan (BIB)</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">2. Agar menambah wawasan dan memperbanyak ilmu</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">3. Memenuhi tugas lintas mata pelajaran sekolah</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: blue;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">1.4 Metode Penelitian</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Metode penelitian untuk mengumpulkan data-data dalam rangka penulisan karya tulis ini dengan cara sebagai berikut :</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">1. Metode observasi, yaitu proses pengumpulan data melalui kegiatan melihat, memantau dan menganalisa secara langsung sehingga akan lebih jelas objek yang diamati.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">2. Metode tertulis wawancara / interview, yaitu cara pengumpulan data melalui obrolan atau tanya jawab serta bertatap muka secara langsung.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">3. Metode tertulis, yaitu dengan menggunakan sumber-sumber dari berbagai buku sebagai panduan karya tulis tersebut.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Melalui sumber-sumber tersebut penulis berharap agar dapat memperoleh informasi dan data secara jelas walaupun tidak seakurat mungkin.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> BAB II</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">LANDASAN TEORI</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: red; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: blue;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">2.1 Sejarah Singkat</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Balai Inseminasi Buatan (BIB) didirikan pada tanggal 3 April 1976 oleh Prof. Dr. Ir. Toyib Hadiwijaya. Balai Inseminasi Buatan (BIB) merupakan balai pertama di Indonesia yang memproduksi semen beku ternak besar seperti sapi perah dan sapi potong. Tetapi tidak hanya itu saja balai ini juga memproduksi inseminasi buatan pada sapi, tidak hanya pada sapi saja yang ada di balai ini tetapi ada juga kambing dan kerbau.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Balai Inseminasi Buatan (BIB) telah memproduksi semen beku lebih dari 2.000.000 dosis. Sebagai balai pertama yang didirikan di Indonesia. Balai Inseminasi Buatan (BIB) yang ada di Lembang yang luas lahannya sekitar 10 hektar yaitu 6 hektar untuk perumahan dan 4 hektar untuk perkebunan.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Selain Balai Inseminasi yang ada di Lembang ada juga Balai Inseminasi Buatan (BIB) yang ada di Singosari, tetapi Balai Inseminasi Buatan (BIB) di Lembang merupakan balai tertua di Indonesia.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: blue;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">2.2 Tugas Pokok dan Fungsi Balai Inseminasi Buatan</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: magenta;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">2.2.1 Tugas Pokok BIB</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Melaksanakan produksi dan pemasaran semen beku ternak unggul serta pengembangan inseminasi buatan.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: magenta;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">2.2.2 Fungsi BIB</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">1. Pemeliharaan ternak unggul</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">2. Pengujian keturunan dan felilisasi pejantan unggul</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">3. Produksi dan penyimpangaan semen beku</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">4. Pencatatan dan pemanfaatan semen beku serta pengawasan mutu semen</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">5. Pengembangan teknik produksi semen beku benih unggul</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">6. Pemberian saran teknik produksi semen beku benih unggul</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">7. Pemberian pelayanan teknik kegiatan pemeliharaan ternak dan semen beku</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">8. Pemberian informasi dan dokumentasi hasil kegiatan Inseminasi Buatan</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">9. Distribusi dan pemasaran semen beku unggul</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">10. Pengujian kesehatan dan diagnosa penyakit ternak</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">11. Urusan tata usaha dan rumah tangga balai.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> BAB III</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">PEMBAHASAN</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: blue;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">3.1 Inseminasi Buatan</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Teknologi modern pada zaman sekarang telah mampu mengatasi masalah kemandulan (bagi manusia) dan menghasilkan bibit-bibit unggul (bagi hewan yang dapat menguntungkan manusia), khususnya dalam bidang bioteknologi. Hal tersebut dapat dilakukan diantaranya dengan melalui inseminasi buatan.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dari hasil kemajuan bioteknologi tersbut, sekarang telah tersedia inseminasi buatan, fertilisasi atau pembuatan in vitro dan rahim kontrak. Kemajuan bioteknologi tersebut apabila diterapkan pada dunia hewan, maka akan mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi manusia. Namun, jika kemajuan bioteknologi diaplikasikan pada manusia, maka akan menghasilkan dampak yang positif dan dampak yang negatif. Dampak posotof dapat diambil dari orang-orang yang telah menikah, tetapi tidak bisa mempunyai anak, maka agar keinginan untuk mempunyai anak dapat terwujud, maka dapat dilakukan dengan melalui bayi tabung atau rahim kontrak. Sedangkan dampak negatifnya yaitu dapat menimbulkan kekacauan dalam sistem keturunan manusia.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Maka sejak tahun 1956 dewan gereja di Roma telah mengutuk kegiatan tersebut dengan alasan bahwa inseminasi buatan dapat memisahkan tindakan prokreasi (kasih sayang terhadap anak, dan anak adalah karunia Tuhan yang harus dijunjung tinggi) dan persatuan cinta. Alasan lainnya yaitu kegiatan inseminasi melibatkan tindakan masturbasi yang dibutuhkan untuk mengeluarkan sperma.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sampai sekarang mayoritas para teolog moral masih berpegang pada sikap mengutuk terhadap kegiatan inseminasi buatan yang diterapkan pada manusia. Bagaimanapun juga pewaris sifat genetis yang terjadi pada anak melibatkan pihak ketiga bagi pasangan dalam perkawinan. Hal tersebut akan menimbulkan “celaan biologis” serta menyangkut psikologis anak itu sendiri dalam lingkungan sosialnya.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kenyataannya sekarang, banyak para ahli psikologi yang masih berusaha keras untuk mewujudkan atau mengaplikasikan inseminasi buatan pada manusia. Namun, bagi pasangan suami istri yang akan melaksanakan inseminasi buatan dapat dilakukan atas dasar keputusan bersama guna mewujudkan pernikahan yang harmonis dan bahagia.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">3.2 Cara Mereproduksi Semen Beku</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Reproduksi semen beku hanya dapat dilakukan di Balai Inseminasi Buatan (BIB). Tahapan-tahapan dalam memproduksi semen beku diantaranya yaitu:</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">1. Mempersiapkan sapi pejantan yang akan diinseminasi yang umurnya 15 – 18 bulan, tingginya 123 cm dan beratnya minimal 350 kg.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">2. Persiapan vagina buatan yang suhunya mencapai 420C, vagina buatan ini harus licin, karena itu gunakan vaseline agar licin seperti vagina yang asli</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">3. Penampungan semen sapi pejantan, sapi pejantan dan spai betina disatukan kemudian sapi-sapi itu akan melakukan fisin (pemanasan sebelum kawin), bila penis jantan telah kelihatan merah, tegang dan kencang, maka penis langsung dimasukan ke vagina buatan.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">4. Kemudian sperma dalam vagina buatan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">? Bila sperma berwarna hijau, ada kotoran yang terdorong</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">? Bila sperma berwarna merah, segar, venis teriritasi</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">? Bila sperma berwarna cokelat, venis ada yang luka</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">? Bila sperma berwarna krem susu bening, maka itulah sperma yang bagus</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">5. Penentuan konsentrasi semen segar</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">6. Proses pengenceran sperma</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">7. Proses filing dan sealing, memasukan sperma ke dalam ministrow isi I strow 0,25 CC</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">8. Proses pembekuan</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">9. After throwing dan water intubator test</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">3.3 Jenis-Jenis Sapi</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sapi merupakan salah satu jenis hewan mamalia, yang berkembang biak dengan cara melahirkan. Pada dasarnya reproduksi mamalia sama seperti reproduksi pada manusia, terjadi secara seksual melalui proses fertilisasi.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Di Indonesia ada banyak jenis sapi. Ada sapi yang merupakan sapi lokal dan ada sapi keturunan.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: magenta;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">3.3.1 Sapi Bali</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sapi Bali merupakan sapi lokal dengan penampilan produksi yang cukup tinggi. Penyebarannya telah menyebar luas di seluruh Indonesia, meskipun masih tetap terkonsentrasi di pulau Bali sampai saat ini kemurnian genetis sapi Bali masih terjaga karena ada undang-undang yang mengatur pembatasan masuknya sapi jenis lain ke pulau Bali.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Asal usul sapi Bali adalah Banteng yang telah mengalami penjinakan selama bertahun-tahun. Proses domestikasi (penjinakan) yang cukup lama diduga penyebab sapi Bali lebih kecil dibandingkan dengan Banteng.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kemampuan reproduksi sapi Bali merupakan yang terbaik diantara sapi-sapi lokal. Hal ini disebabkan sapi Bali bisa beranak setiap tahun. Sapi Bali mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, sehingga sering disebut ternak perintis.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: magenta;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">3.3.2 Sapi Ongole</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sapi Ongole merupakan keturunan sapi Zebu dari India. Berwarna dominan putih dengan warna hitam di beberapa bagian tubuh, bergelambir di bawah leher dan berpunuk. Sifatnya yang mudah beradaptasi dengan lingkungan setempat menyebabkan sapi ini mampu tumbuh secara murni di pulau Sumba, sehingga disebut sapi Sumba Ongole (SO). Persilangan antara sapi Jawa asli (madura) dengan sapi Ongole secara grading up menghasilkan sapi yang disebut sapi peranakan Ongole (PO).</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: magenta;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">3.3.3 Sapi Fries Holstein (FH)</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sapi yang dipelihara dengan tujuan untuk mengahsilkan susu ini diintroduksi dari Belanda. Warnanya belang hitam dan putih dengan ciri khusus segitiga pada bagian dahi. Sapi yang tidak berpunduk ini memiliki pertumbuhan yang cukup tinggi, sehingga sapi-sapi jantannya sering dipelihara untuk digemukkan dan dijadikan sapi potong. Di beberapa daerah juga dilakukan persilangan antara sapi Jawa asli dengan sapi FH dengan pola grading up dan keturunannya lazim disebut sapi PFH.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: magenta;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">3.3.4 Sapi Brahman</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sapi Brahman berasal dari India yang merupakan keturunan dari sapi Zebu. Di Amerika sapi ini dikembangkan cukup pesat karena pola pemeliharaan dan sistem perkawinan yang terkontrol, sehingga penampilan beberapa parameter produksinya melebihi penampilan produksi di negara asalnya. Sapi Brahman mampu beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan tahan gigitan caplak. Pertumbuhan sapi Brahman sangat cepat. Hal ini yang menyebabkan sapi ini menjadi primadona sapi potong untuk negara-negara tropis</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: magenta;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">3.3.5 Sapi Madura</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara Bos Sandoicus dan Bos Indicus yang tumbuh dan berkembang di Madura. Sapi yang berpunuk ini dikenal dengan sapi jawa asli dengan warna kuning hingga merah bata. Terkadang terdapat warna putih pada moncong, ekor dan kaki bawah. Warna hitam terdapat pada telinga dan bulu ekor. Penyebaran sapi Madura telah mengalami erosi genetis, sehingga penampilan produksi yang diukur dari pertambahan berat.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Jenis-jenis sapi di Balai Inseminasi Buatan (BIB)</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Di Balai Inseminasi Buatan ada 7 jenis sapi, yaitu :</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">1. Sapi hitam di panggung simental</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">2. Cokelat semua li mosin</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">3. Hitam putih Vresen Holenstain (VH)</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">4. Hitam Angus</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">5. Krem jenis Brahman Denole</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">6. Kopi susu jerse</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">7. Ongole krem pipih pantat</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tidak hanya sapi yang diproduksi di Balai Inseminasi Buatan, tetapi juga memproduksi :</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">? Kerbau burah (bule item) bonga</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">? Kambing dan domba</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">? Kuda (sekarang tidak dikembangkan lagi)</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Makanan sapi yang ada di BIB diantaranya rumput gajah, rumput Afrika, dan konsentrat (dedak, jagung, tepung, ikan, darah mineral dan tulang). Sapi di BIB tidak boleh terlalu gemuk apabila akan diinseminasi karena genetik sapi harus murni. Selain itu, untuk makanan sapi harus ditambahkan protein sebanyak 24%.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><br />
</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> BAB IV</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">KESIMPULAN DAN SARAN</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: blue;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">4.1 Kesimpulan</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Karya tulis dalam tugas sekolah lintas mata pelajaran ini sangat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis, khususnya di bidang Inseminasi Buatan pada sapi. Dengan adanya kegiatan penelitian pada Inseminasi Buatan pada sapi ini dapat memahami cara reproduksi sapi. Menambah wawasan ilmu pengetahuan , dan juga memenuhi tugas lintas mata pelajaran di sekolah.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Untuk itu dalam hal ini penulis menyusun karya tulis ini sebagai tolak ukur negara kita dalam hal Inseminasi Buatan pada sapi yang dilakukan di Lembang, Bandung. In isangat berpengaruh untuk pemasukan kas negara atau keuangan negara. Selain itu juga untuk memenuhi bibit ternak sapi unggul yang selalu mengimpor dari negara lain. Selain hal tersebut juga dapat memajukan Indonesia, mensejahterakan warga Indonesia khususnya di bidang peternakan, Inseminasi pada sapi.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: blue;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">4.2 Saran</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sebelumnya penulis minta maaf kepada khalayak yang bersangkutan yakni Balai Inseminasi Buatan (BIB). Penulis sangat yakin jikalau BIB ini maju maka apa yang dibutuhkan negara kita dalam hal pembibitan ternak sapi unggul, pembuatan semen beku ini dapat berbuah hasil yang diinginkan yaitu memperoleh keuntungan.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kelancaran yang dilakukan selama beberapa tahun yaitu dari tahun 1976 sampai sekarang ini adalah karena berkat kerja keras, usaha atau upaya, saling kerja sama yang dilakukan oleh para karyawan kompak, disiplin dan pantang menyerah dalam menghadapi hambatan dan rintangan, sehingga membuahkan hasil yang memuaskan.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: lime;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Selain itu dengan apa yang dikaji, digali dan dipelajari apa yang didapat di BIB ini, penulis sangat berharap jikalau penulis berhasil dalam pendidikannya maka akan dengan berat hati, BIB bersedia menerima sebagai karyawan di BIB tersebut.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">DAFTAR PUSTAKA</span></span><br />
<span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: magenta;">1. Supriyadi, Edi, dkk. Sigap Biologi 2B. Bandung : CV. Karya Iptek</span></span></span><br />
<span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: magenta;">2. Kusumaatmaja. Muhamad. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis.</span></span></span><br />
<span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: magenta;">3. Akhyar, Moh Salman, 2003. Biologi Untuk SMA Kelas 1. Bandung : Grafindo Media Pratama.</span></span></span><br />
<span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: magenta;">4. Agustini, Dewi. 2002. Bioteknologi. Bandung : PPG Tertulis.</span></span></span><br />
<span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: magenta;">5. BALAI INSEMINASI BUATAN. Lembang, Bandung.</span></span></span>Aswar Efendi Lubishttp://www.blogger.com/profile/00207915249091372704noreply@blogger.com0